Thursday, July 30, 2020

Pernah mendapat mimpi buruk? Mimpi itu sedemikian nyata hingga kita terbangun tengah malam berteriak dan mendapati jantung kita berdebar begitu cepat. Setelah kita sadar bahwa itu hanya mimpi, legalah hati kita.

Jika anak kita bermimpi buruk, kita sebagai orang tua akan menghiburnya dan berkata, “Itu cuma mimpi nak.” Mimpi adalah bukan kenyataan, kita tahu betul itu. Tapi, kalau boleh jujur berapa banyak yang sudah bangun dari mimpi di alam dunia yang melenakan ini, hingga ia dianggap menjadi sebuah kenyataan satu-satunya?

Rasulullah Saw bersabda, “Manusia itu tertidur, ketika mereka mati barulah mereka bangun.”

Tapi jika bangunnya menanti kematian raga, maka saat itu sudah tidak ada lagi kesempatan untuk beramal shalih, berdzikir, berderma dan mengenal Allah melalui semua perbuatan-Nya di alam dunia ini. Sudah terlambat…

Maka bagi mereka yang Allah rahmati, kehidupannya akan dijungkirbalikkan, disempitkan, diputar sedemikian rupa sehingga merasakan hawa-hawa kematian. Ada yang didera oleh kesempitan kehidupan, ada yang harus menjalani perpisahan atau perceraian, ada yang harus menanggung sakit sekian lama. Semua itu berfungsi untuk mematikan elemen hawa nafsu dan syahwat yang sudah terlanjur menggurita di dalam diri dan meninabobokan seseorang dalam buaian ilusi bahwa dunia ini adalah satu-satunya tempat dimana semuanya dipertaruhkan.

Padahal dunia hanya negeri mimpi. Dimana kita dipertakuti oleh kurang ini-itu, khawatir tidak cukup, takut tidak dapat jodoh, takut tidak bisa membahagiakan anak-anak, takut gagal dan sekian banyak ketakutan yang kebanyakan bersifat ilusional. Hantu-hantu ketakutan yang kita ciptakan di dalam alam pikiran kita sendiri. Akibatnya banyak manusia yang tenggelam dalam upaya menyelamatkan kepentingan hidup alam mimpinya dengan membangun bangunan pasir di tepi pantai, sesuatu yang pasti akan hilang diterpa ombak lautan. Sesuatu yang tidak akan dibawa menjadi bekal perjalanan ke alam berikutnya ketika ia tiada. Kemudian karena sibuk oleh hal-hal yang bersifat ilusional, ia menjadi lupa akan tugas hakikinya di muka bumi ini.

Karenanya Allah Ta’ala mengirim sekian banyak utusan-Nya ke muka bumi untuk memberikan kabar dan peringatan, agar manusia tidak terjebak dalam oase kebahagiaan sesaat. Supaya manusia terbangun dari tidur lelapnya dan mulai mempersiapkan diri jelang realita yang lebih mencengangkan yang sudah menanti yang setiap saat kita bisa berpindah kesana.


No comments:

Post a Comment