Pernah mendapat mimpi buruk? Mimpi itu
sedemikian nyata hingga kita terbangun tengah malam berteriak dan mendapati jantung
kita berdebar begitu cepat. Setelah kita sadar bahwa itu hanya mimpi, legalah
hati kita.
Jika anak kita bermimpi buruk, kita sebagai
orang tua akan menghiburnya dan berkata, “Itu cuma mimpi nak.” Mimpi adalah
bukan kenyataan, kita tahu betul itu. Tapi, kalau boleh jujur berapa banyak
yang sudah bangun dari mimpi di alam dunia yang melenakan ini, hingga ia
dianggap menjadi sebuah kenyataan satu-satunya?
Rasulullah Saw bersabda, “Manusia itu
tertidur, ketika mereka mati barulah mereka bangun.”
Tapi jika bangunnya menanti kematian raga,
maka saat itu sudah tidak ada lagi kesempatan untuk beramal shalih, berdzikir,
berderma dan mengenal Allah melalui semua perbuatan-Nya di alam dunia ini. Sudah
terlambat…
Maka bagi mereka yang Allah rahmati,
kehidupannya akan dijungkirbalikkan, disempitkan, diputar sedemikian rupa
sehingga merasakan hawa-hawa kematian. Ada yang didera oleh kesempitan
kehidupan, ada yang harus menjalani perpisahan atau perceraian, ada yang harus
menanggung sakit sekian lama. Semua itu berfungsi untuk mematikan elemen hawa
nafsu dan syahwat yang sudah terlanjur menggurita di dalam diri dan
meninabobokan seseorang dalam buaian ilusi bahwa dunia ini adalah satu-satunya
tempat dimana semuanya dipertaruhkan.
Padahal dunia hanya negeri mimpi. Dimana
kita dipertakuti oleh kurang ini-itu, khawatir tidak cukup, takut tidak dapat
jodoh, takut tidak bisa membahagiakan anak-anak, takut gagal dan sekian banyak
ketakutan yang kebanyakan bersifat ilusional. Hantu-hantu ketakutan yang kita
ciptakan di dalam alam pikiran kita sendiri. Akibatnya banyak manusia yang
tenggelam dalam upaya menyelamatkan kepentingan hidup alam mimpinya dengan
membangun bangunan pasir di tepi pantai, sesuatu yang pasti akan hilang diterpa
ombak lautan. Sesuatu yang tidak akan dibawa menjadi bekal perjalanan ke alam
berikutnya ketika ia tiada. Kemudian karena sibuk oleh hal-hal yang bersifat
ilusional, ia menjadi lupa akan tugas hakikinya di muka bumi ini.
Karenanya Allah Ta’ala mengirim sekian
banyak utusan-Nya ke muka bumi untuk memberikan kabar dan peringatan, agar
manusia tidak terjebak dalam oase kebahagiaan sesaat. Supaya manusia terbangun
dari tidur lelapnya dan mulai mempersiapkan diri jelang realita yang lebih
mencengangkan yang sudah menanti yang setiap saat kita bisa berpindah kesana.
No comments:
Post a Comment