Tuesday, July 13, 2021

 Kalau kita bicara takdir dengan orang-orang Barat, kebanyakan akan mengernyitkan dahi. Mereka pikir takdir itu hal yang non-sense, omong kosong. Karena banyak yang berpendapat bahwa kehidupan itu kendalinya ada di tangan kita. Diskusi tentang ini sudah berabad-abad berlangsung. Dalam kalangan yang mengaku beragama pun wacana tentang ini menyebabkan orang terbagi dalam dua paham, yaitu Jabariyah yang berpendapat bahwa perbuatan manusia sudah ditentukan Allah dan manusia terikat dengan takdir Allah dan paham Qadariyah yang berpendapat bahwa perbuatan manusia ditentukan oleh manusia itu sendiri.


Kalau bagi saya, dua-duanya benar adanya maka tak perlu diadu mana yang paling benar. But let's not dwell into that.


Saya sebatas mengamati gerak masyarakat Barat yang katanya sangat menjunjung tinggi hak asasi dan free will. Mereka ingin hidup bebas, bahkan bebas dari aturan Sang Pemilik Kehidupan. Di satu sisi kebebasan itu menstimulasi banyak inovasi, karena sky is the limit. Kau boleh menciptakan apapun - selama itu tidak merugikan orang lain. Tapi di sisi lain, tatanan masyarakat tampak mulai morat-marit tidak karuan. 


Yang bosan dan tidak nyaman dengan jenis kelamin yang merupakan desain raga pemberian Tuhan saat ia dilahirkan diberi ruang bebas untuk melakukan operasi ganti kelamin, lengkap dengan semua perangkat yang melindunginya. Pernah suatu saat saya berbincang dengan seorang 'pria', rambutnya cepak pirang, badannya atletis, sangat baik orangnya sampai suatu saat suami saya berbisik, "Itu mantan istri si A" Saya langsung bingung, "Mantan istri? Berarti si A itu gay?" Suami menjelaskan, "Bukan, dia seorang transgender" Ya Allah...


Berkaitan dengan itu, pernah muncul sebuah isu hangat di Belanda, tentang seorang anak laki-laki usia SD yang ingin memakai rok ke sekolah dan ditertawai anak-anak lainnya. Si ibu posting hal ini ke sosial media dan langsung di viral. Banyak dukungan dari kaum ibu yang mengklaim sebagai ibu yang berpendidikan menyarankan agar sekolah melindungi anak itu dan membiarkan dia untuk menjadi apapun yang dia mau. Bahkan menjuluki si anak sebagai "a cool boy".


Inilah tantangan zaman yang kita sebagai orang tua hadapi sekarang. Bahkan sesimpel menerima takdir dilahirkan sebagai perempuan atau laki-lakipun mulai diacak-acak tatanannya di masyarakat. Lantas, bagaimana orang bisa menemukan kodrat dirinya, jika hal yang dasar seperti bentuk fisiknya saja dia sudah tolak?


Nah, zaman pandemi ini sungguh sebuah momen yang luar biasa. Banyak orang jadi merenungkan ulang kehidupan dan tak sedikit yang mulai ngintip-ngintip lagi kitab suci dan agama. 


Here is the ultimate challenge for those who really believe that they are in control of their life, please try to dodge death.

No comments:

Post a Comment