Seorang ibu menceritakan pengalamannya naik angkot (angkutan umum) di kota Bandung. Siang itu beliau satu-satunya penumpang di dalam angkot tersebut, sepanjang jalan tak ada satu pun penumpang yang naik bahkan hingga angkot itu hampir tiba di pemberhentian terakhir.
“Hari ini sepi Mang?”tanya sang ibu yang duduk di sebelah bapak pengemudi angkot itu.
“Iya bu, hampir setiap hari begini. Nanti kalau waktunya anak sekolah bubaran baru rame.”
“Tapi kalau Mang hanya bawa satu penumpang begini rugi dong?”kejar sang ibu lagi.
“Iya sih, satu rit modal bensinnya saja dua puluh ribu bu, tapi ya namanya usaha dijalani saja.” Jawab pak pengemudi angkot dengan tenang.
Ketika sang ibu turun dari angkot ia menyerahkan selembar uang dua puluh ribuan.
“Tak perlu kembali Mang, hitung-hitung ganti bensin.”
“Eh bu, jangan…” tolak sang bapak.
Tapi sang ibu sudah terlanjur berjalan menjauh.
***
Di hari yang berbeda ibu yang sama mengalami pengalaman yang serupa. Beliau naik angkot sebagai satu-satunya penumpang dari terminal awal hingga akhir. Namun sepanjang perjalanan sang abang angkot tak henti-hentinya mengeluh, ugal-ugalan bahkan berkata kasar kepada penumpang yang menolak naik ke dalam angkotnya.
Kata ibu itu, “Tadinya saya sudah siapkan uang lebih untuknya. Tapi melihat kelakuannya yang ugal-ugalan dan kasar saya urungkan niat itu dan hanya memberi dia uang enam ribu rupiah sesuai dengan tarif yang berlaku.”
***
Hati yang bersyukur akan memancing rezeki lahir dan batin.
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.”(QS Ibrahim [14]: 7)
No comments:
Post a Comment