Pagi ini saat mengantar Rumi ke sekolah, sempat membacakan satu buku menarik di sekolahnya. Tentang seorang anak babi bernama Bertje Big (biggetje adalah julukan untuk anak babi) yang sedang mencari identitas. Dia tidak suka berendam di kubangan lumpur seperti anak-anak lainnya. “Ih, kotor!” Katanya sambil pergi dari keluarganya.
Saat bertemu sekawanan sapi di ladang sebelah ia meminta izin untuk jadi bagian keluarga sapi. “Oh tentu boleh, tapi kau harus makan rumput seperti kami lalu siap untuk diperas susunya,” kata induk sapi tersenyum.
Bertje Big mencoba menelan rumput yang tidak dia sukai itu. Rasanya aneh! Pikirnya. Tapi keinginannya yang membara untuk menjadi bagian dari keluarga sapi membuatnya menguatkan diri menelan bulat-bulat rumput basah itu. Sampai pada saat ketika hendak diperah susunya dia menyadari bahwa dirinya tidak punya puting susus seperti kawanan sapi lain. Akhirnya dia pergi meninggalkan identitasnya sebagai sapi.
Bertje Big kemudian menemui tuan kuda yang gagah di kandang sebelah. Aku mau jadi bagian dari keluarga kuda saja! Tekadnya dalam hati. Makanannya pun lebih enak dari sapi pikirnya sambil tersenyum.
“Tentu kau bisa saja menjadi bagian dari keluarga kami” kata Oom Kuda. “Tapi setiap hari kau harus berlari seperti aku berlari!” Dan ia melesat kencang meninggalkan jejak debu yang beterbangan diantara tubuh kecil Bertje Big yang kepayahan mengejarnya berlari.
Bertje Big pun tahu diri untuk tidak memaksakan diri menjadi bagian dari keluarga binatang yang dapat berlari kencang itu. Akhirnya ia menuju kandang terakhir di peternakan itu. Masih dengan nafas tersengal-sengal ia mencoba mendekati kawanan domba dan meminta izin untuk menjadi bagian dari keluarga mereka.
“Kau yakin ingin jadi bagian dari keluarga kami? Silakan saja jika kau bisa membiarkan seluruh bulu yang ada di sekujur badanmu untuk diberikan kepada manusia.” Kata sang domba sambil membawa Bertje Big ke dalam kandang tempat domba lain sedang dicukur bulunya oleh sang petani.
Bertje Big kaget sekali melihatnya. Ia juga sadar bahwa dirinya tidak punya bulu setebal kawanan domba untuk diberikan kepada tuannya.
Akhirnya Bertje Big pun kembali pulang dan berkumpul dengan kawanannya sendiri.
=====
Dalam sebuah pengajian mursyid saya memberikan perumpamaan sebuah gelas untuk menjelaskan sebuah fungsi hidup. Gelas dibuat oleh manusia dengan sebuah tujuan, sebagai wadah untuk minum. Gelas yang sama tentu bisa dibuat untuk menyiram tanaman, tempat pensil, atau bahkan untuk melempar. Tapi sang gelas hanya akan bahagia dan diperlakukan adil hanya kalau dia difungsikan sebagai gelas minum. Mirip yang dikisahkan oleh Rumi tentang sebuah pedang raja yang dipakai untuk memotong daging. Tentu memang sama-sama tajam, akan tetapi desain dan peruntukannya sudah berbeda.
Setiap orang dicipta untuk peruntukan yang berbeda-beda. Walaupun sama-sama berperan sebagai ibu, dokter, pebisnis, penulis, akuntan, pegawai negeri, seniman dsb tapi setiap orang punya ciri khas dan bidang spesifiknya masing-masing. Temukan itu, agar tidak pontang-panting mencari mata air kebahagiaan sejati seperti Bertje Big.
No comments:
Post a Comment