Tuesday, March 5, 2019

Yang sudah menjalani pasang surut kehidupan pasti sudah hafal. Laju kehidupan tidak selalu lancar, kadang kita ada dalam situasi yang sangat menjepit. Bisnis tiba-tiba kolaps, ditipu oleh teman, kehilangan aset dalam sebuah musibah, diterpa badai dalam rumah tangga, anak tiba-tiba diberi sakit berat, orang tua memerlukan perawatan yang intensif, semua hal yang kita anggap bisa diandalkan bisa hilang dilenyap bumi dalam sekejap.
Di setiap episode kehidupan dimana kita dibuat fakir, tidak berdaya dan membutuhkan pertolongan. Sudah ikhtiar sana-sini tapi tak menemukan juga titik terang dari masalah yang tengah menghimpitnya. Tidak terbayang harus membawar biaya rumah sakit dari mana, tidak tahu bagaimana cara keluar dari konflik rumah tangga yang dirasa menyesakkan dada, tidak terpikir bagaimana bisa menyelamatkan usaha yang sedang diujung jurang kebangkrutan. Di semua titik nadir itu Allah tengah hadir memperkenalkan diri-Nya. Sungguh sebuah momen istimewa bagi siapa yang ingin memanfaatkan terapi jiwa tersebut dengan bersimpuh serta sujud dalam-dalam di dalam shalat – yang merupakan ruang pertemuan khusus dan istimewa antara seorang hamba dan Sang Rabb.
Tentu Allah adalah Dzat yang jauh dari sifat menyiksa para hamba-Nya. Tapi apa daya jika kesenangan dan kelapangan dunia lebih cenderung melalaikan sang hamba maka obat yang terbaik adalah dengan mencegahnya dari apa-apa yang hawa nafsu dan syahwatnya sukai, agar kekuatan keduanya menjadi semakin lemah. Maka Allah Ta’ala berfirman,
“Pergilah pada hamba-Ku, lalu timpakanlah berbagai ujian padanya karena Aku ingin mendengar rintihannya.”
(HR Thabrani dari Abu Umamah)
Ujian kehidupan bertujuan untuk membersihkan sang hamba dari sekian hijab yang menghalangi antara dirinya dan Allah Ta’ala. Sesuatu yang jika lalai disingkapkan dalam penggal kehidupan yang singkat di dunia ini maka perjalanan sang hamba di alam berikutnya akan menjadi berat. Dan Allah tidak ingin ia menjadi tersiksa karenanya. Oleh karenanya Allah turunkan sekian banyak mekanisme pembersihan jiwa (tazkiyatun nafs). Kita tinggal bersabar saja menjalaninya, dengan keyakinan yang dalam bahwa Dia sebaik-baik penyembuh yang tidak mungkin mengizinkan bahkan segigit nyamuk pun di kulit kita, kecuali ada suatu hikmah dan kebaikan yang besar di dalamnya.
Sebagaimana raga yang sakit kadang harus dipuasakan dari makan dan minum dan hal-hal yang melezatkan baginya bahkan kadang harus menelan pil pahit untuk kesembuhannya. Demikian pun jiwa kadang harus dipotong dari bantuan segala sesuatu selain-Nya. Sesuatu yang biasanya diandalkan dan dijadikan sandaran kehidupan. Tampaknya menakutkan bagi jiwa-jiwa yang masih muda dan belum matang pencariannya kepada Allah.
Memang dibutuhkan sebuah keberanian untuk melangkah dalam jalan-Nya. Rumi berkata, “Heart be brave. If you cannot be brave, just go…”


No comments:

Post a Comment