“Manusia harus dilahirkan dua kali untuk mencapai alam malakut”
- Nabi Isa as
Tentang hal ini Syaikh Abdul Qadir Jailani menambahkan, “Kelahiran yang kedua adalah kelahiran makna dari perbuatan, kelahiran jiwa dari daging.”
Empat puluh tahun pertama dalam kehidupan manusia adalah setara dengan “empat masa”pembentukan bumi seperti yang disebutkan dalam QS Fussilat [41]: 10
“Dan Dia ciptakan padanya gunung-gunung yang kukuh di atasnya. Dan kemudian Dia berkahi, dan Dia tentukan makanan-makanan (bagi penghuni)nya dalam empat masa, memadai untuk (memenuhi kebutuhan) mereka yang memerlukannya.”
Gunung adalah perlambang dari akal manusia. Dengan berbagai bentuk rezeki yang Allah limpahkan kepada manusia, maka manusia bisa berkembang akalnya sejak bayi, usia sekolah dasar, remaja, usia perguruan tinggi, bekerja hingga terjun ke masyarakat. “Makanan-makanan”pun sudah dikadar oleh Allah Ta’ala, ada yang kadarnya besar ada yang seadanya, itu semua disesuaikan kebutuhan jiwanya masing-masing. Allah Yang Maha Pencipta tentu yang paling tahu kalau karakter jiwa seperti A harus dikadar dalam kehidupan A’ dst.
Genap usia 40 tahun adalah masa kritis dalam kehidupan seorang manusia. Di kurun usia seperti itu manusia sudah terpapar oleh asam garam kehidupan yang dengannya sang jiwa mulai terketuk untuk mencari sesuatu yang lebih hakiki dalam kehidupan. Sebagian orang menyebut episode ini sebagai “mid-life crisis” dimana orang mulai mempertanyakan makna kebahagiaan. Saat pekerjaan yang dilakoni dirasa tidak menginspirasi, saat kebosanan datang menyergap, saat kebahagiaan tidak jua terpenuhi padahal secara material dia berkelimpahan, atau saat kehidupan dibuat berubah 180 derajat melalui sebuah perceraian, sakit berat, kehilangan orang yang dicintai dsb. Semua itu membuat manusia mulai merenung tentang hakikat kehidupan, tentang hakikat dirinya, siapa aku, mau kemana aku dan apa yang akan terjadi setelah ajal tiba?
Agama diturunkan melalui para utusan-Nya untuk membantu manusia mengatasi kelimbungan ini. Karena Allah Yang Maha Pengasih tidak menginginkan hambanya tersesat tak punya arah hidup, hanya menyambung hari memenuhi rezeki sekadar untuk memenuhi kebutuhan raga yang hanya punya jatah kehidupan yang tak lama. Karena setiap manusia dicipta untuk kebadian, dan jalan menuju keabadian satu-satunya adalah hanya dengan menemukan Sang Keabadian.
Tentang usia keempatpuluhtahunan ini Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa yang mencapai usia 40 tahun, tetapi kebaikannya tidak mengalahkan kejahatannya, maa bersiap sedialah dia untuk ke neraka.”(Diriwayatkan oleh Abu al-Fath al-Azadi dari Ibnu Abbas ra).
Memasuki usia 40 tahunan yang dibutuhkan adalah lebih memaknai kehidupan. Sebagaimana yang dikatakan Nabi Isa as, “…kelahiran yang kedua adalah kelahiran makna dari perbuatan.” Siapapun kita, apapun profesinya harus bisa memahami makna dibalik segala hal yang kita kerjakan sesimpel apapun kelihatannya, walaupun sudah membosankan, atau bahkan merasa tidak begitu mendapat tempat terpandang di hadapan kebanyakan manusia. Jalani dulu apapun yang Allah sampaikan ke kehidupan kita per hari ini. Kalau memang hati merasa kurang pas dengan jenis pekerjaan, keadaan kantor atau usaha yang ada, berdoalah dan kemudian bersabarlah hingga menunggu ada pintu lain yang dibukakan oleh Allah. Pekerjaan yang kita lakukan dengan bermakna akan berdampak dahsyat bagi diri sendiri dan sekitarnya. Kita menjadi lebih termotivasi dan selalu memberi yang terbaik, bukan karena penilaian atasan atau ingin tampak baik dalam evaluasi tahunan, tapi untuk Allah semata yang Maha Melihat, karena kita butuh agar Allah Ta’ala memandang hati kita melalui apapun kegiatan keseharian kita.
Kalau Allah sudah menatap seseorang maka pancaran cahaya-Nya akan membekas di jiwa sang hamba dan akan merembes ke raga. Semangat akan mencuat, ia akan mengerjakan tanpa pamrih walaupun orang mencela dia sekalipun tak dipedulikan selama ia berada dalam koridor yang Allah ridhoi. Kemudian inspirasi akan meluap, ia akan merasakan suka cita yang sangat ketika beraktivitas. Sesuatu yang Jalaluddin Rumi katakan, “When you do things from the soul, you feel a river moving in you, a joy!”
Temukanlah bidang yang membuat hati Anda bernyanyi ketika mengerjakannya. Lalu konsisten dengan hal itu. Hingga akhirnya sang jiwa terlahir kembali dan menjalani kehidupan yang baru. Kuncinya sabar dan syukur seperti yang Rasulullah saw sabdakan,
“Alangkah mengagumkan keadaan orang yang beriman, karena semua keadaannya (membawa) kebaikan (untuk dirinya), dan ini hanya ada pada seorang mukmin; jika dia mendapatkan kesenangan dia akan bersyukur, maka itu adalah kebaikan baginya, dan jika dia ditimpa kesusahan dia akan bersabar, maka itu adalah kebaikan baginya”.(HR Muslim No. 2999)
No comments:
Post a Comment