Kisah Yaqub as menitipkan Yusuf, anak
kesayangannya agar dilindungi oleh kakak-kakaknya adalah sebuah pelajaran
tentang sebuah adab. Bagi seorang Nabi, yang derajat kedekatan dengan Allah
lebih tinggi dibanding kebanyakan manusia, adalah berat sebuah konsekuensi yang
harus ditanggung ketika beliau menitipkan Yusuf dalam perlindungan kakak-kakaknya
tanpa terlebih dahulu memohon perlindungan Allah. Yang terjadi kemudian justru
melalui kakak-kakaknya itulah Yusuf dicelakakan dengan dimasukkan ke dalam
sebuah sumur. Yaqub as, sebagai ayah ditimpa oleh kesedihan yang dalam hingga
membutakan matanya selama berpuluh tahun lamanya. Namun beliau tidak pernah
putus asa dari rahmat Allah. Hingga akhirnya ia dipertemukan lagi dengan Yusuf
yang sudah menjadi pejabat di kerajaan Mesir, dan penglihatannya pun pulih
kembali.
Apa pelajaran kisah ini untuk kita? Dalam
keseharian kita pun tak jarang terpeleset mengandalkan hal-hal lain selain
Allah yang kita anggap menjamin masa depan anak-anak kita. Kita mengandalkan
sekolah yang reputasinya dikenal baik itu, kita mengandalkan guru-guru yang
lulusan luar negeri itu, kita mengandalkan sekolah di luar negeri, kita
mengandalkan asuransi dan lain-lain seolah-olah semua itu lebih menjamin masa
depan dan kebahagiaan anak dibanding Allah Ta’ ala.
Kemudian seperti Yusuf yang terpuruk di
dasar sumur, anak-anak kita pun terpuruk dalam depresi, kecanduan, kesedihan
yang tak berujung yang kita dibuat susah karenanya. Pun ketika semua itu
terjadi, jurus andalan kita masih mencari-cari terapi horizontal untuk
menyembuhkan anak-anak kita. Barangkali berobat ke psikiater top itu,
barangkali dikirim ke pesantren itu, barangkali dimasukkan program tertentu.
Akan tetapi Allah yang demikian dekat, yang memanggilnya bisa kapanpun juga, jarang
kita mintai terlebih dahulu pertolongan. Padahal semesta digerakkan oleh-Nya.
Adalah mudah bagi Allah membuat hati yang
duka menjadi gembira, adalah seperti membalikkan telapak tangan bagi Dzat Yang
Maha Kuasa untuk membuat penyakit seseorang hilang begitu saja.Lantas kenapa
kita begitu dibuat susah karenanya? Bukankah Allah Maha Dekat dan Maha
Mengetahui isi hati kita?
Kalau Dia sudah demikian sangat siap untuk
membantu. Jangan-jangan kita yang masih belum siap menerima pertolongan
dari-Nya karena demikian tersibukkan mencari-cari sendiri jalan keluar yang
belum tentu itu.
Belajar dari kisah Yaqub, bahkan dari
sebuah musibah besar dalam kehidupan selalu tersimpan harapan akan rahmat-Nya.
Sebuah akhir yang baik. A happy ending.
No comments:
Post a Comment