Tuesday, September 17, 2019


Kisah Yaqub as menitipkan Yusuf, anak kesayangannya agar dilindungi oleh kakak-kakaknya adalah sebuah pelajaran tentang sebuah adab. Bagi seorang Nabi, yang derajat kedekatan dengan Allah lebih tinggi dibanding kebanyakan manusia, adalah berat sebuah konsekuensi yang harus ditanggung ketika beliau menitipkan Yusuf dalam perlindungan kakak-kakaknya tanpa terlebih dahulu memohon perlindungan Allah. Yang terjadi kemudian justru melalui kakak-kakaknya itulah Yusuf dicelakakan dengan dimasukkan ke dalam sebuah sumur. Yaqub as, sebagai ayah ditimpa oleh kesedihan yang dalam hingga membutakan matanya selama berpuluh tahun lamanya. Namun beliau tidak pernah putus asa dari rahmat Allah. Hingga akhirnya ia dipertemukan lagi dengan Yusuf yang sudah menjadi pejabat di kerajaan Mesir, dan penglihatannya pun pulih kembali.

Apa pelajaran kisah ini untuk kita? Dalam keseharian kita pun tak jarang terpeleset mengandalkan hal-hal lain selain Allah yang kita anggap menjamin masa depan anak-anak kita. Kita mengandalkan sekolah yang reputasinya dikenal baik itu, kita mengandalkan guru-guru yang lulusan luar negeri itu, kita mengandalkan sekolah di luar negeri, kita mengandalkan asuransi dan lain-lain seolah-olah semua itu lebih menjamin masa depan dan kebahagiaan anak dibanding Allah Ta’ ala.

Kemudian seperti Yusuf yang terpuruk di dasar sumur, anak-anak kita pun terpuruk dalam depresi, kecanduan, kesedihan yang tak berujung yang kita dibuat susah karenanya. Pun ketika semua itu terjadi, jurus andalan kita masih mencari-cari terapi horizontal untuk menyembuhkan anak-anak kita. Barangkali berobat ke psikiater top itu, barangkali dikirim ke pesantren itu, barangkali dimasukkan program tertentu. Akan tetapi Allah yang demikian dekat, yang memanggilnya bisa kapanpun juga, jarang kita mintai terlebih dahulu pertolongan. Padahal semesta digerakkan oleh-Nya.

Adalah mudah bagi Allah membuat hati yang duka menjadi gembira, adalah seperti membalikkan telapak tangan bagi Dzat Yang Maha Kuasa untuk membuat penyakit seseorang hilang begitu saja.Lantas kenapa kita begitu dibuat susah karenanya? Bukankah Allah Maha Dekat dan Maha Mengetahui isi hati kita? 

Kalau Dia sudah demikian sangat siap untuk membantu. Jangan-jangan kita yang masih belum siap menerima pertolongan dari-Nya karena demikian tersibukkan mencari-cari sendiri jalan keluar yang belum tentu itu.

Belajar dari kisah Yaqub, bahkan dari sebuah musibah besar dalam kehidupan selalu tersimpan harapan akan rahmat-Nya. Sebuah akhir yang baik. A happy ending. 



No comments:

Post a Comment