Wednesday, August 18, 2021

 Memasuki hari keempat anak-anak tengah mengikuti Summer Camp. Makin terasa sepi. Menghubungi mereka bukan hal yang mudah, karena anak-anak tidak diperbolehkan membawa handphone, jadi semua komunikasi harus melalui pembimbingnya.

Mungkin karena masih tergolong anak-anak, saya sebagai emak masih memikirkan hal-hal dasar seperti. Kalau kaos kakinya basah diganti tidak? Pakai jaketkah kalau udara dingin? Tidurnya nyenyakkah? Ditambah cerita tetangga kalau saat anaknya dulu ikut summer camp memasuki hari ketiga dia ditelepon panitia agar menjemput anaknya yang minta ingin pulang. Well, so far tidak ada telepon. Jadi saya berasumsi semua baik-baik saja.
Gara-gara kondisi ini saya jadinya punya imajinasi bagaimana orang tua menjelang masa pensiun, saat anak-anak sudah keluar rumah semua dan mandiri akan mulai merasakan "Empty Nest Syndrome". Disergap oleh kesepian. Apalagi bagi caregiver - biasanya para ibu - yang intensif mengurusi anak dari hari ke hari. Dia harus mendefinisi ulang seluruh tema kegiatannya.
Adalah penting setiap orang untuk menemukan bidang yang senang ditekuni. Apapun itu. Mursyid saya berkata, salah satu alasan tokoh-tokoh besar dunia baik itu mantan presiden, ilmuwan, dosen dll segar bugar di masa pensiun adalah karena mereka tetap sibuk beraktivitas. Akalnya digunakan terus untuk memikirkan hal-hal yang bermakna.
Makna. Inilah rupanya yang banyak dicari orang. Sebuah makna hidup. Setiap orang menjalani sebuah eksperimental kehidupan masing-masing dalam mencari makna hidup. Ada yang mengaitkan makna hidup dengan prestasi akademik, ada yang mengasosiasikan dengan memiliki keluarga harmonis dan sejahtera, ada yang mengartikan dengan pencapaian spiritual tertentu. Apapun itu, di jelang akhir masa hidup mau tak mau semua hal yang kita kira mendatangkan makna akan teruji sendiri. Mana yang benar-benar kualitas emas akan bertahan dilebur panasnya ujian kehidupan, sedangkan selain itu akan hilang dengan sendirinya.
Pada akhirnya, sebagaimana kita sendirian datang ke dunia ini. Kita pun akan kembali sendiri. Lantas, apa yang bisa kita bawa sebagai bekal di perjalanan berikutnya agar kita tidak kembali kepada-Nya dengan tangan hampa...

No comments:

Post a Comment