Hati manusia kerap mudah menghukumi orang lain,
"wah dia kok begitu ya?"
"ih kok begitu kelakuannya?"
"masa orang Islam begitu kelakuannya?"
Padahal hati orang siapa yang bisa meraba, padahal dirinya sendiri pun belum dipahami betul.
Seseorang bisa saja dengan mudah menunjuk kesalahan orang lain padahal hijab hatinya pun masih legam dan tebal. Sedemikian rupa ia sibuk menguliti kehidupan orang lain akan tetapi lupa merumat dirinya.
Memang kita berinteraksi dalam sebuah ruang yang terbatas, terjadinya sebuah gesekan adalah sebuah keniscayaan, makanya dibutuhkan ruang yang lapang dalam dada kita.
Sudahlah, lebih baik kita berpikir tentang kekurangan diri sendiri daripada sibuk memikirkan kekurangan orang lain, karena tidak akan pernah terbaca kehidupan utuh orang lain itu.
Tentunya kita harus bantu siapapun yang sedang diselimuti oleh persoalan, tapi manusia itu harus mengerti dirinya dan persoalannya sendiri karena pada dasarnya tidak ada yang bisa menolong kecuali Allah Ta'ala dan dirinya sendiri.
Bukankah kita masing-masing bersaksi dan datang ke hadapan Allah sendiri-sendiri?
(Adaptasi dari Kajian Hikmah Al Qur'an yang disampaikan oleh Zamzam AJT, Mursyid Penerus Thariqah Kadisiyah, 10 Desember 2015)
No comments:
Post a Comment