Sunday, February 19, 2017

Saat "Agama" Hanya Tinggal Cangkang

Sepertinya pemahaman kita kepada agama (ad diin) harus direkonstruksi, karena tidak sedikit yang merasa agama dirasa mengekang kebebasan diri, kebersamaan dan kemasyarakatan dan dikerdilkan artinya menjadi semacam ritual atau syariat semata hingga tidak jargon seperti "..beyond religion..", "..spirituality yes and religion no" hingga "jangan bawa-bawa agama" menjadi trend. Padahal agama mencakup setiap detak jantung dan nafas kita, dan tidak ada sesuatu aspek dalam kehidupan kita yang tidak dipayungi oleh ad diin.

Bisa dimengerti manakala penyampaian agama yang diredusir menjadi hanya aspek syariat lahiriyah yang ketat tanpa menyelami samudera kedalaman aspek batiniyah dari setiap syariah yang turun, maka presentasi keberagamaan nampak demikian keras sehingga membuat orang takut hingga trauma bahkan sekadar untuk mendengar kata "agama".

Padahal para utusan-Nya demikian sangat mengayomi dan merahmati kaum tempat mereka diutus kemudian mengajari mereka tentang pengetahuan purba yang sebenarnya setiap jiwa pernah dapatkan dulu di alam persaksian dengan demikian elegan dalam bahasa kaumnya. Pengetahuan awal yang penting untuk mengenal kesejatian diri yang hanya dengannya setiap manusia bisa menemukan lokasi mata airnya masing-masing - dimana ia akan meraup air pengetahuan hakiki yang memberikan kesegaran bagi jiwa dan membawa kebahagiaan sejati.[]



No comments:

Post a Comment