Tahapan pertama yang harus ditempuh dalam bersuluk adalah tahapan syariat, ia meliputi sekian banyak syariat lahir (shalat, shaum, zakat, waris, dll) dan yang banyak luput dari perhatian banyak orang adalah juga syariat batin (menjaga hati dari dengki, mengeluh, putus asa dll).
Mengapa syariat merupakan tahapan pertama yang harus ditempuh manakala seseorang berikrar untuk menempuh jalan kembali kepada Allah?
Karena jiwa kita ditempatkan di dalam raga ketika janin berusia 120 hari di dalam kandungan ibu masing-masing dan setelah itu jiwa tumbuh bersama raga berinteraksi dengan lingkungan sekitar dan mendapatkan 'kontaminasi' dari orang tua, keluarga dan teman. Maka seiring dengan bertumbuhnya raga, jiwa kita diselubungi oleh banyak belukar yang menghambat pertumbuhannya, ada belukar berupa amarah, kemalasan, merasa diri paling unggul dsb.
Karena jiwa kita ditempatkan di dalam raga ketika janin berusia 120 hari di dalam kandungan ibu masing-masing dan setelah itu jiwa tumbuh bersama raga berinteraksi dengan lingkungan sekitar dan mendapatkan 'kontaminasi' dari orang tua, keluarga dan teman. Maka seiring dengan bertumbuhnya raga, jiwa kita diselubungi oleh banyak belukar yang menghambat pertumbuhannya, ada belukar berupa amarah, kemalasan, merasa diri paling unggul dsb.
Melalui berbagai pelaksanaan syariat lahir itulah berbagai belukar yang mencengkram jiwa mulai ditebas dan bersamaan dengan itu raga ditempa menjadi lebih cergas dan tidak malas. Setiap ibadah mempunyai cahayanya sendiri yang akan memberi makanan bagi jiwa. Jadi di balik perintah shalat wajib, shalat sunnah, shaum, shodaqoh juga panduan berakhlak baik - di dalamnya tersimpan cahaya yang memberi kesegaran bagi jiwa dan akan juga memancar ke raga kita.
Sebetulnya manusia yang membutuhkan semua aspek syariat itu untuk membantu jiwanya bangkit sehingga ia bisa mengidentifikasi misi hidupnya, perintah spesifik yang Allah sematkan kepada masing-masing hamba, yang hanya mengerjakan hal itu ia bisa membuat ridho Sang Pencipta. Karena semua peribadatan itu pada hakikatnya bukan untuk Allah, bukankah Ia Maha Besar dan tak akan berkurang setitik pun kebesaran-Nya walaupun tak ada satu pun manusia yang menyembah atau mengagungkan-Nya
(Adaptasi dari diskusi suluk yang disampaikan oleh Zamzam AJT, Mursyid Penerus Thariqah Kadisiyah, 6 Agustus 2016)
No comments:
Post a Comment