Beberapa kali ia menatap kosong ke arah layar komputer yang berada di hadapannya. Pikirannya tengah digelayuti oleh ide bahwa dirinya gagal dan tidak sesukses teman-temannya dalam ukuran pencapaian dunia. Pekerjaan sebagai petugas administrasi di sebuah kantor tata kota yang pada awalnya dia sambut gembira kini bagaikan daun tumbuhan yang lapuk dan membusuk di ujung jalanan, hanya menunggu untuk dibuang ke tempat sampah. Istrinya yang setia mendampinginya selama lebih dari 8 tahun dan menjadi anak ibu dari dua anaknya kini rasanya tampak biasa saja, bahkan kerap kali tidak seseksi rekan barunya yang duduk di seberang dengan dandanan genit dan minyak wangi yang bertebaran wanginya setiap kali ia lewat di depannya.
Kenapa hidupku rasanya jadi tidak menyenangkan begini?
Kenapa aku tidak merasa bahagia?
Kenapa...(tiba-tiba suara adzan memecah semua imajinasi kelamnya)
Kenapa aku tidak merasa bahagia?
Kenapa...(tiba-tiba suara adzan memecah semua imajinasi kelamnya)
Sang pemuda, dalam sendunya masih ingat Sang Pencipta. Kiranya pesan almarhumah ibunda masih selalu terngiang di telinganya. "Kalau kamu punya kesulitan, sujud sama Gusti Allah, minta pertolongan-Nya."
Ia pun menyambut panggilan sang muadzin dan beranjak ke masjid yang terletak di sebelah kantornya.
Ia pun menyambut panggilan sang muadzin dan beranjak ke masjid yang terletak di sebelah kantornya.
Seusai sholat berjamaah, sang pemuda mengambil tempat menyepi di ujung mesjid untuk berdzikir. Tak lama kemudian telefon bergetar, suara panik dari seberang menusuk-nusuk telinganya, "Rumah kebakaran pak! Ibu! Ibu!...." suara Bi Imas, sang asisten rumah tangga setengah berteriak. Bagaikan petir di siang bolong, kabar itu membuat sang pemuda terkejut dan tak berpikir dua kali untuk langsung menuju rumahnya.
Bangunan di perumahan yang masih dicicil itu sudah tak berbentuk lagi, tinggal puing-puing semata. Semua harta benda yang ia tinggal di rumah termasuk kendaraan hitam legam. Dan...sang istri dan anak-anaknya yang terperangkap di dalam rumah sudah dalam keadaan tidak bernyawa...
Tiba-tiba sekeliling mendadak menjadi gelap dan kakinya tidak dapat lagi dirasakan. Sang pemuda terjatuh pingsan.
Tiba-tiba sekeliling mendadak menjadi gelap dan kakinya tidak dapat lagi dirasakan. Sang pemuda terjatuh pingsan.
"Pak..pak...maaf!" ia kemudian dibangunkan oleh suara seorang bapak tua yang memakai peci putih. Sang pemuda mengenali wajahnya, ia adalah bapak sang penjaga mesjid yang terletak di sebelah kantornya itu.
"Itu handphone-nya tampaknya nyala" lanjut sang bapak tua sambil mengarahkan telunjuknya pada hp sang pemuda yang tergeletak tak jauh dari saku bajunya.
Rupanya ia tertidur sekejap dalam upayanya untuk berdzikir selepas sholat dhuhur.
"Itu handphone-nya tampaknya nyala" lanjut sang bapak tua sambil mengarahkan telunjuknya pada hp sang pemuda yang tergeletak tak jauh dari saku bajunya.
Rupanya ia tertidur sekejap dalam upayanya untuk berdzikir selepas sholat dhuhur.
Ia meraba jantungnya, masih berdegup kencang karena mimpi buruk yang telah dialaminya. Tanpa menanti sang pemuda langsung mengambil handphone dan menghubungi istrinya yang baru saja pulang menjemput kedua buah hatinya dari sekolah.
"Sayang, malam ini papa pulang lebih cepat, tidak usah masak ya kita dan anak-anak akan makan di restoran favorit kita!"
"Sayang, malam ini papa pulang lebih cepat, tidak usah masak ya kita dan anak-anak akan makan di restoran favorit kita!"
Selepas 'pengalaman tidur siang'itu sang pemuda tiba-tiba menjadi jauh lebih bahagia. Ternyata kebahagiaan yang ia cari tidak jauh, ia selalu ada. Ia ada dalam tubuhnya yang sehat dan masih bisa digunakan untuk mencari nafkah, ia ada dalam sambutan hangat istri dan anak-anaknya di rumah, ia ada dalam pekerjaan biasa yang mampu menyediakan kebutuhan istri dan anak-anaknya Ternyata sekadar bayangan kehilangan apa-apa yang tengah kita miliki bisa jadi obat mujarab untuk membasuh hati yang kurang bersyukur. Sungguh Allah Maha Cepat menyambut pencarian sang hamba♥
No comments:
Post a Comment