Friday, June 19, 2020

Baru saja beberapa menit setelah saya menulis tentang "Bahaya Pikiran" kontan saya dapat teguran-Nya.

Saat bergegas keluar dari rumah bersepeda memanfaatkan jeda waktu sebelum jemput si kecil untuk berbelanja. Saya tiba-tiba terjatuh dari sepeda. Jalannya adalah lewat tas belanjaan yang tiba-tiba melorot yang saya gantungkan di tang sepeda kiri. Tak sengaja saya tarik terlalu keras tali tas itu karena pikiran sibuk membuat skema apa saja yang harus dibeli, jadi kurang perhitungan. Akibatnya tang sepeda tertarik ke kanan dan sepedapun hilang keseimbangan sehingga saya sukses terjerembab sampai nyungsep ke pagar semak-semak tetangga depan rumah. Benturannya ternyata cukup nyaring hingga membuat tetangga lain yang berjarak dua rumah dari lokasi jatuh berlari keluar dan memeriksa keadaan saya.

Semua terjadi begitu cepat. Setelah kembali mengayuh sepeda saya baru merasakan darah yang mulai merembes dan ternyata celana saya bagian lutut sampai terkotak karenanya.

Astaghfirullah...
What was happening? Sambil istighfar saya berusaha flashback proses yang terjadi pagi ini. Karena biasanya kalau Allah memberikan saya sakit di tataran fisik seperti ini adalah sebuah teguran yang juga berupa pembersihan.

Saya telaah kembali, barangkali ada pikiran, perasaan atau angan-angan yang tidak pafa tempatnya. Dan...ya! Saya bisa mengidentifikasi satu-dua hal yang bisa jadi menjadi penyebab penarik musibah ini. Astaghfirullah. Saat mengingat lagi saya pun menyadari ada sepersekian detik saat saya berpikir tentang sesuatu lalu nurani saya berkata "Hey, stop! Jangan berpikir seperti itu!" Tapi dasar masih ngeyel, untuk beberapa detik saja saya memilih to entertain my mind. And one thing lead to another. Pikiran yang lalai membuat kita menjadi kurang khidmat melakukan sesuatu. Biasanya sebelum keluar rumah doa saya agak panjang dan berusaha dipanjatkan sekhidmat mungkin. Tapi tadi karena pikiran saya sibuk melayang ga karuan. Doanya pun sebatas "bismillah" di lisan saja. Dan Allah Maha Tahu. Hanya berjarak beberapa meter kemudian saya pun dibuat jatuh dari sepeda yang tengah saya kendarai.

Masya Allah. Itu baru beberapa pikiran yang tidak benar. Bagaimana dengan keinginan, cita-cita bahkan perbuatan yang tidak Dia ridhoi? Kalau mau kontan semua dibersihkan di alam dunia ini serta tanpa rahmat dan ampunan-Nya maka habis sudah kita rasanya. Pantas Rasulullah mengatakan istighfar itu pembuka rezeki. Karena rezeki kita sangat bisa jadi terhalang oleh tumpukan dosa harian yang berasal dari pikiran, perasaan dan keinginan yang liar.

Sambil mengelus lutut yang luka saya mengucap alhamdulillah. Masih untung dibersihkan di dunia ini dibanding dibersihkan di alam nanti yang lebih menyakitkan...naudzubillah

No comments:

Post a Comment