Monday, July 17, 2017

Akibat Salah Menempatkan Harapan

Setiap makhluk dijadikan terikat pada harapan akan makhluk lainnya. Rerumputan mengharapkan air untuk hidup. Burung-burung mengharapkan buah, semua yang hidup mengharapkan mendapatkan makanan untuk bertahan. Segala tindak-tanduk manusia pun digerakkan oleh sebuah harapan, orang tua sadar atau tidak sadar menempatkan harapan pada anaknya, seorang lajang berharap mendapatkan pasangan yang sesuai, istri mengharapkan kesetiaan suami, suami mengharapkan kedamaian dan cinta di rumah. Semua itu adalah konsekuensi dari diperjalankannya jiwa manusia ke dalam alam dunia menggunakan kendaraan raganya.

Orang yang mulai dibangkitkan kesadaran diri oleh Sang Pencipta akan mulai berpikir dalam, "Dari mana aku datang? Apa yang aku bawa? Kemana aku akan pergi setelah kematian menjelang? Siapa yang akan membantuku disana? Jika aku datang ke dunia hanya membawa jiwa tanpa berbekal harta, lantas siapa yang menciptakan jiwa? ...Allah Ta'ala, maka aku harus membangun hubungan yang baik dengan-Nya karena aku betul-betul membutuhkan pertolongan-Nya."

Jika seseorang sudah mulai berbuah pohon kebijaksanaan dalam dirinya maka dalam setiap keadaan ia akan berterima kasih kepada Sang Pencipta, "Alhamdulillah". Baik ia menjalani kehidupan yang diharapkan atau bahkan yang tidak disukai hatinya akan selalu percaya kepada kebaikan yang Dia datangkan di balik itu semua.

Apapun yang terjadi, terjadilah. Alhamdulillah.
Cara paling bijak menjalani kehidupan adalah "stop playing God", menyadari banyak hal di luar kekuasaan kita, manusia- makhluk yang fakir. Serahkan semua tanggung jawab dan harapan kepada-Nya jangan terlalu ngoyo dan menabrak pagar-pagar kehidupan. Untuk melakukannya seseorang harus membangun kesabaran, rasa syukur dan tawakal kepada Rabbul 'aalamiin.
Tidak ada gunanya berkeluh kesah dan berhati cengeng menapaki takdir. This is life. Setiap insan hendaknya menyadari hal ini. Penderitaan dan rasa berat menjalani kadar yang sudah digariskan semata-mata pertanda bahwa seseorang masih belum tepat menempatkan harapan-harapannya.

(Adaptasi dari kisah yang disampaikan oleh Bawa Muhaiyyaddeen, tertuang dalam buku "the Golden Words of a Sufi Sheikh". The Fellowship Press, Philadelphia, 2006)

No comments:

Post a Comment