"Tapi nak, ada lagi yang lebih lucu...yaitu orang Islam yang tidak bisa baca Al Quran!"
Demikian almarhum mursyid saya berkali-kali melempar pernyataan yang dulu saya anggap bercanda semata dan merasa diri tidak tersentuh oleh guyonan beliau, "kan eyke bisa baca Quran" begitu bisik saya dalam hati.
Butuh sekitar satu dekade untuk mulai paham bahwa membaca bukan hanya sekedar mengeja huruf-huruf, itu level anak saya yang berusia 5 tahun, dia mulai bisa mengeja tapi masih banyak yang belum paham arti kata-kata itu apa. Tingkat berikutnya internalisasi, bisa baca juga paham tapi tidak dilakukan, nah model begini ini outputnya jadi sama dengan orang yang belum bisa baca. Contoh keseharian kerap kita jumpai ada bacaan besar "jangan merokok disini" atau "jangan buang sampah disini" tapi kadang di titik itu orang malah melakukan apa yang dilarang.
Yang bisa baca Al Quran banyak, yang paham artinya sedikit dan yang mengamalkan jauh lebih sedikit lagi. Misal ketika Allah Ta'ala berfirman "Sesungguhnya mereka (orang-orang yang bertaqwa) sebelum itu di dunia adalah orang-orang yang berbuat kebaikan. Di dunia mereka sedikit sekali tidur di waktu malam. Dan selalu memohonkan ampunan di waktu pagi sebelum fajar."(QS Adz Dzariyaat 16-18). Tapi berapa banyak orang yang cergas badannya untuk bangun sebelum fajar dan mengorbankan waktu tidurnya yang enak itu?
Saat Allah menyeru, "Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan."(QS Ali Imran:133-134). Namun berapa banyak porsi harta yang diinfakkan dibandingkan dengan yang dikonsumsi bukan untuk kebutuhan pokok? Betapa kita kerap melihat orang bisa mengumbar marah di depan publik dan bahkan merasa bangga dan berkuasa karenanya. Dan memaafkan? Ini sungguh tidak mudah kalau Allah tidak menurunkan pertolonganNya, lha wong kejadian terjadi zaman apa gitu masih diungkit-ungkit terus, belum move on padahal orangnya udah belok.
Mengingat petuah almarhum mursyid itu saya jadi malu sendiri, ternyata saya masih tahap belajar "iqra".
No comments:
Post a Comment