Jika seseorang melamar di sebuah perusahaan- apalagi untuk kelas perusahaan multi national, memiliki sertifikat yang menunjukkan kompetensi merupakan syarat mutlak. Makin bling-bling sertifikat yang diperlihatkan makin besar kemungkinan ia mendapatkan posisi yang lebih tinggi, tentu dengan paket gaji dan fasilitas yang lebih menggiurkan. Tidak heran kalau orang berlomba-lomba mendapatkan selembar kertas bernama ijazah itu. Kalau perlu puluhan sertifikat dikejar, sertifikat pelatihan ini-itu, sertifikat kompetensi ini-itu, sampai akhirnya semua manusia pasti mendapat sertifikat terakhir, yaitu sertifikat kematian.
Ironinya, banyak manusia mengejar pengetahuan dunia, bergelar akademik hingga berderet akan tetapi tidak tahu apa-apa tentang sebuah alam di depannya dimana seluruh sertifikatnya tidak berguna disana. Ada sebuah kehidupan menjelang di depan kita, tak lama lagi dimana semua kekayaan yang orang kumpulkan dengan susah payah tidak terbawa kesana.Bukan berarti orang dilarang untuk mengejar ilmu dan dunia, akan tetapi sertakan Dia Sang Pemilik Kerajaan di dalam semua aktivitas pencapaian itu, agar semua jerih payah dalam mengerjakan itu semua dipersembahkan untuk-Nya, bukan semata demi selembar kertas atau pencapaian dunia yang sangat terbatas waktunya.
Setiap orang, tanpa kecuali sebetulnya telah digenggamkan kunci-kunci kehidupan dalam tangannya yang ditempatkan secara personal oleh Sang Pencipta. Sehingga dengannya ia tidak perlu mengemis atau menggadaikan kehormatan dengan meraup fasilitas dunia dengan cara yang tidak terhormat. Namun untuk mengaktifkan kunci-kunci itu seorang manusia harus terhubung dengan Sang Pemilik kunci, untuk mengetahui tata cara penggunaannya. Jika seseorang bisa membangun kedekatan seperti ini dengan Sang Maha Kuasa, maka semesta berada dalam genggamannya. Suara-Nya akan terdengar jelas dan Dia menjadi sangat dekat dalam menapaki langkah kehidupan. Untungnya untuk mendapatkan yang satu ini seseorang tidak perlu mengeluarkan biaya untuk mendapatkan 'sertifikat', cukup sediakan hati yang berserah diri dan bersuka cita dengan semua ketentuan-Nya.
(Adaptasi dari kisah yang disampaikan oleh Bawa Muhaiyyaddeen, tertuang dalam buku "the Golden Words of a Sufi Sheikh". The Fellowship Press, Philadelphia, 2006)
(Adaptasi dari kisah yang disampaikan oleh Bawa Muhaiyyaddeen, tertuang dalam buku "the Golden Words of a Sufi Sheikh". The Fellowship Press, Philadelphia, 2006)
No comments:
Post a Comment