Monday, July 3, 2017

Menyatukan Umat Di Dalam Diri

TENTANG UMMATAN WAHIDAH

"Manusia itu adalah umat yang satu (ummatan wahidah). (setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab yang benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang Kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkann itu dengan kehendak-Nya. Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus."(QS Al Baqarah [2]:213)

Konsep ummatan wahidah dalam QS Al Baqarah tersebut sebetulnya berkaitan dengan nafs wahidah yang diungkapkan oleh Allah Ta'ala dalam QS Fushshilat:53,

"Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quran itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?"

Semua kekuatan yang Allah berikan kepada diri kita mulai dari pikiran di kepala, penglihatan, pendengaran, pengecap, pencium, tangan, kaki dan semuanya adalah umat-umat yang berbeda. Hanya kondisi umat yang ada dalam diri manusia itu biasanya berpecah belah; hati tidak sepakat dengan perasaan, perasaan tidak sepakat dengan pikiran, ucapan tidak seirama dengan perbuatan, mata tidak kompak dengan pikiran, lidah khianat dengan perasaannya. Kondisi diri yang seperti ini bagaikan umat yang berpecah belah, tidak menyatu.

Manusia tidak akan bisa menyatu dengan Allah Yang Ahad apabila statusnya belum menjadi nafsul wahidah. Maka tugas manusia adalah untuk menyatukan umat dalam dirinya yang beragam itu. Dimulai dengan membaca diri melalui tafakur yang baik dan memohon pertolongan-Nya semata. Laa hawla wa laa quwwata illa billah.

(Adaptasi dari Kajian Hikmah Al Quran yang disampaikan Kang Zamzam AJT, Mursyid Penerus Thariqah Kadisiyah, 13 Desember 2005)

No comments:

Post a Comment