"Bismillahi tawakalnaa 'alallah laa haula wa laa quwwata illa billah", demikian seuntai doa mursyid mengiringi hari pernikahan adik tercintanya. Doa yang mirip dengan yang diajarkan Rasulullah ketika beliau hendak bepergian.
Menikah pada dasarnya adalah sebuah perjalanan panjang, kita tidak pernah tahu apa yang akan ditemui di perjalanan, biasanya natur sebuah perjalanan adalah banyak kejutan dan rintangan. Oleh karena itu modal terbesar seseorang untuk menempuh perjalanan adalah membuka ruang besar dalam hati untuk bertawakal kepada-Nya. Bukan kepada hitung-hitungan akal dan jangkauan perkiraan manusia yang terbatas. Karena memang pertaruhan penyatuan yang diikat oleh sebuah perjanjian yang agung (mistaqan ghaliza) ini adalah dalam rangka menyempurnakan separuh agama (ad diin) masing-masing, suatu faktor yang sangat erat dengan shiraathal mustaqiim seorang insan.
Oleh karenanya tidak dikenal hidup bersama sebelum menikah dalam Islam, beberapa pasangan (terutama di Barat) berkeyakinan bahwa sebelum memutuskan untuk mengikat diri dengan seseorang lebih baik mengenal orang itu luar-dalam dengan hidup bersama, ada yang berpendapat seminimalnya tiga tahun. Namun manusia adalah sebuah misteri besar belum terhitung takdir yang menyelubungi dalam segenap jalan hidupnya. Tapi tulisan ini tidak untuk mengupas lebih dalam tentang "samen wonen" tinggal bersama pasangan yang belum menikah.
"Cinta" adalah syarat seseorang mengikatkan diri dengan orang lain dalam sebuah bahtera pernikahan. Ini adalah modal yang sangat utama, yang lain hanya tambahan. Karena hanya cinta yang bisa menjembatani semua perbedaan yang akan mencuat dalam interaksi dua orang dengan jenis kelamin berbeda, latar belakang berbeda, cara pikir dan pendekatan yang berbeda untuk menyikapi sebuah persoalan dsb. "Love is the bridge between you and everything", demikian kata Jalaluddin Rumi. Maka Rasulullah pun menganjurkan seorang yang berniat menikah untuk melihat dulu calon mempelai, sebuah proses saling mengenal (ta'aruf) yang cukup dan dibatasi oleh pagar "jangan mendekati zina" (QS Al Israa':32) agar suatu perjalanan yang sakral ini dimulai dengan sebuah kebersihan lahir dan batin, untuk meraih ridho-Nya.
Menikah - sebagaimana halnya aktivitas lainnya- bukan didasari oleh sebuah niat untuk mencari kesenangan dan kenyamanan hidup semata, karena natur hidup di dunia ini untuk menempuh sebuah pendakian pengenalan akan siapa Dia yang mencipta semua alam dengan seutas kalimat romantis "Aku rindu untuk dikenal". Menikah seperti halnya kehidupan adalah sebuah perjalanan jauh. Oleh karenanya tepat doa yang dipanjatkan, kepada-Nya kita bertawakal karena tidak ada daya dan upaya tanpa pertolongan-Nya semata...
No comments:
Post a Comment