Al Ghaniy adalah salah satu asma Allah, yang berarti Yang Maha Kaya. Esensi dari kekayaan adalah terletak kepada ketidaktergantungan kepada yang lain. Allah Ta’ala tentu Yang Maha Hidup dan Maha Berdiri sendiri. Seluruh pujian makhluk-Nya tidak akan menambah kemuliaan Dia sedikit pun, demikian pun segala hujatan dan kekafiran para makhluk tidak mengurangi keagungan Allah Ta’ala sebiji atom pun.
Manusia yang telah dipancarkan sifat kekayaan-Nya adalah ia yang terbebas dari jerat-jerat keinginan, ambisi dan dorongan duniawi yang memabukkannya. Artinya hatinya tidak membutuhkan kepada dunia atau segenap makhluk, akan tetapi hanya mencari Allah Ta’ala semata. Bukan berarti ia seorang yang miskin dan tak punya apa-apa, sebaliknya ia boleh jadi dititipkan oleh Allah harta kekayaan yang banyak tapi semua itu tidak menjejak di hatinya. Maka ia menjadi bersifat dermawan, ringan tangan, mudah berbagi dan tidak menumpuk kekayaan untuk diri, keluarga dan golongannya saja.
Jadi banyaknya kepemilikan belum tentu menjadikan seseorang kaya. Kita kerap menyaksikan ketika seseorang semakin dibukakan pintu-pintu dunianya maka hanya cenderung terjebak di dalamnya dengan sebuah dahaga dunia yang tak terpuaskan. Selalu ingin lebih. Selalu ingin yang baru. Selalu ingin melebarkan sayapnya. Selalu ingin tambah. Seperti yang Rasulullah saw sabdakan,
“Seandainya seorang anak Adam memiliki satu lembah emas, tentu ia menginginkan dua lembah lainnya, dan sama sekai tidak akan memenuhi mulutnya (merasa puas) selain tanah (yaitu setelah mati) dan Allah menerima taubat orang-orang yang bertaubat.” (Muttafaqun ‘alaih. HR. Bukhari no. 6439 dan Muslim no. 1048)
Bisa jadi seorang yang sangat sederhana hidupnya dan pas-pasan tapi hatinya jauh lebih kaya dibanding si kaya tapi hatinya tidak bersyukur malah selalu merasa tidak cukup dengan apapun yang Allah rezekikan kepadanya. Seperti sebuah kisah yang diceritakan oleh Syekh Muzaffer Ozak berikut:
Dikisahkan bahwa ada seorang darwis yang terus-terusan berzikir kepada Allah. Ketika ia khusuk berdoa, seorang kaya melintas dan terkesan melihat kesalehan dan kekhusyukan sang darwis. Orang kaya itu berhenti, kemudian menghampiri sang darwis dan memberinya sekantung emas.
Sang darwis bertanya, “Berapa banyak emas yang kau miliki?”
Orang kaya itu menjawab,”Banyak!”
“Apakah engkau menginginkan lebih banyak lagi?”
“Tentu saja. Aku bekerja keras setiap hari untuk mendapatkan emas lebih banyak lagi.”
Sang darwis melempar kantung berisi emas itu kepadanya dan berkata, “Kau lebih membutuhkan emas ini daripada aku. Seorang kaya tidak boleh menerima dari seorang pengemis.”
No comments:
Post a Comment