Tuesday, February 19, 2019

Tentang Menentukan Pilihan

Kalau hanya mengandalkan logika. Saya sudah menikah dengan pria lain, dulu sekali.
Kalau hanya mengandalkan hitung-hitungan yang nampak, pasti saya sudah hengkang dari negeri Belanda, kembali ke tanah air yang lebih mendatangkan banyak keuntungan dan fasilitas yang terhitung.
Kalau hanya mengandalkan 'akal sehat' mana mau seorang dokter kerja di restoran cepat saji dengan upah standar UMR dan bekerja di area yang 'bukan bidangnya'.
Tapi saya belajar bahwa menjalani pilihan dalam hidup itu tidak bisa - dan tidak boleh- hanya mengandalkan logika, hitung-hitungan dunia dan akal sehat semata.
Karena kita manusia punya hati yang itu adalah sarana untuk memohon petunjuk Sang Pencipta.
Karena dibalik setiap pilihan yang kita ambil haruslah mempertimbangkan perasaan Allah, Tuhan semesta alam.
Karena dibalik apa yang nampak dan terhitung tersimpan lebih banyak hal yang tak nampak dan tak terhitung.
Ada karsa Dia di balik segala sajian pilihan. Memilih yang Dia ridhoi itu selalu jadi tantangan besar dalam menapaki kehidupan. Terlepas dari masalah menang atau kalah, sukses atau gagal dalam penggal waktu yang sangat pendek berorde 'abad' (seratus tahun) saja. Tapi konsekuensi dari pilihan kita akan terbaca dalam peta kehidupan besar yang rentang waktu dari generasi kita ke Adam as, bapak kita semua barulah 40 ribu tahun lamanya.
Bagi yang mau menentukan pilihan dalam pilpres (pemilihan presiden), pilkada (pemilihan kepala daerah), pilrah (pemilihan lurah), pilketosis (pemilihan ketua osis) sampai piljod (pemilihan jodoh), tidak perlu bingung dengan semua data yang ada. Ambil wudhu, gelar sajadah lalu shalat istikharah, berbisiklah kepada-Nya dengan hati yang berserah. Allah Maha Mendengar dan Merespon setiap doa, tinggal pasang mata, telinga dan hati untuk merasakan panduan-Nya dalam semesta diri dan lingkungan. Insya Allah.

No comments:

Post a Comment