Di sebuah negeri pada zaman kerajaan dahulu diadakan sebuah perlombaan memanah. Pemenangnya akan mendapatkan dua kantung emas dan diangkat menjadi panglima kerajaan.
Seorang pemuda berlatih siang malam untuk memenangkan perlombaan bergengsi itu. Suatu hari ketika sedang berlatih di pinggir danau, datanglah seorang guru bijak menghampirinya.
“Aku perhatikan sebulan ini kau sangat tekun berlatih memanah. Tentunya engkau sangat ingin memenangkan perlombaan kerajaan itu. Maukah aku baca masa depanmu untuk melihat apakah engkau memenangkan perlombaan itu atau tidak?” kata sang guru.
“Oh, mau sekali guru! Bisakah?”jawab sang pemuda dengan antusias dan penuh harap ia diberi kabar yang ia ingin dengar.
“Tentu saja bisa, akan tetapi jika aku beri tahu engkau bahwa dirimu tidak akan memenangkan perlombaan itu apakah engkau akan berhenti berlatih?”
Sang pemuda terdiam sesaat. Kemudian berkata, “Yah, untuk apa semua kerja kerasku ini jika aku tahu tidak akan memenangkan perlombaan itu?”
Sang guru tersenyum dan berkata, “Oleh karena itulah masa depan tetap dibuat gaib. Karena kebanyakan orang pendek akalnya untuk menyelami gelaran hikmah yang ada. Sadarilah bahwa hasil akhir sama sekali bukan dari tujuan dari sesuatu. Menang atau kalau itu hanya masalah pengkadaran Sang Gusti. Akan tetapi jika engkau menempa diri siang malam melalui latihan ini, maka banyak kualitas dari dirimu yang bertumbuh. Engkau menjadi disiplin, sabar, tekun, kerja keras, badanmu bugar, semangat, yang semuanya itu merupakan sifat-sifat Gusti Yang Maha Agung yang ditumbuhkan dalam hatimu. Nak, camkan kata-kataku, sungguh semua itu jauh lebih baik dibanding dua kantung emas dan jabatan panglima yang kau dambakan itu. Nah, teruslah berlatih dan jangan tambatkan kerja kerasmu pada hasil akhir!”
=====
“…mereka yang bertaqwa, yaitu mereka yang beriman kepada yang gaib…” (QS Al Baqarah [2]:1-2)
Engkau berhak melakukan tugas kewajibanmu yang telah ditetapkan, tetapi engkau tidak berhak atas hasil perbuatan. Jangan menganggap dirimu penyebab hasil kegiatanmu, dan jangan terikat pada kebiasaan tidak melakukan kewajibanmu.
- Bhagavad Gita 2.47
No comments:
Post a Comment