Friday, March 13, 2020
Jika kesedihan tengah melanda, ingatlah bahwa ini hanya sementara. Begitupun ketika bahagia membahana di dalam hati, ia hanya sementara singgah.
Kesempitan hidup ada hanya untuk beberapa saat, lalu ia akan digantikan dengan kelapangan.
Seperti siang dan malam, semua akan berjalan bergantian dalam pengaturan-Nya. Kita tidak bisa buru-buru memaksa matahari terbit jika masih jam satu malam, sama halnya kita tidak bisa memaksa sang surya bersembunyi ketika ia masih perkasa berada di angkasa tengah hari.
Kita yang tidak kuasa menahan kecepatan siang dan malam, sebenarnya juga tidak kuasa mengatur ritme kehidupan diri sendiri, apa lagi orang lain.
Manusia yang tahu diri akan berhenti berlagak menjadi seperti Tuhan. Kalaupun dia berhasil menggerakkan sesuatu, sadarlah itu karena ada kekuatan yang tak nampak yang mengalir memberi kuasa di segenap diri dan kehidupan. Sadarilah bahwa kita hanya dipinjamkan kekuasaan-Nya, Sang Maha Kuasa.
Pahamkah engkau makna “Sang Maha Kuasa”? Artinya kalau Dia memang menginginkan, saat ini juga kau sudah binasa. Tapi inilah dirimu, yang sering mengeluh dan petantang-petenteng dengan semua atribut pinjaman dari-Nya. Masih menikmati sekian banyak fasilitas yang Dia berikan. Walaupun sangat sedikit kau ingat kepada-Nya. Walaupun sangat jarang kau mengucapkan terima kasih kepada-Nya. Walaupun kerap kau menganggap enteng beberapa menit perjumpaan yang Dia harapkan darimu yang hanya lima kali dalam sehari itu.
Toh kita masih hidup. Walaupun hampir ini-hampir itu. Walaupun sudah babak belur melalui sekian episode kehidupan. Walaupun “Luka hati kubawa berlari” kata seorang pujangga. Tahukah kenapa kita masih disini, bernafas dengan baik dan membaca tulisan ini? Karena waktu membuktikan seberat apapun ujian yang telah berlalu, kapasitas diri kita lebih besar dari apa yang Dia timpakan.
Memang demikianlah sifat-Nya. Tidak ada sebiji atompun niat menzalimi ciptaan-Nya. Lalu kenapa hati ini terasa pilu? Kenapa kesepian ini terasa mencekik? Kenapa kesempitan ini terasa menyesakkan dada? Semua kepiluan, cekikan dan kesesakan datang dari hawa nafsumu yang sedang diobatinya. Karena terlalu erat dia mendekap dunia hingga membutakan jiwamu dari melihat-Nya. Dia Yang selalu melambaikan tangannya kepada kita setiap saat. Dia Yang selalu membisikkan petunjuknya kepada kita setiap saat. Tapi lambaian dan bisikan tak tertangkap oleh jiwa yang masih sakit karena dikuasai oleh hawa nafsu – syaithan dalam diri.
Kita sering mencibir orang yang kesurupan, ketika raganya diambil alih oleh makluk halus. Tapi kita jarang sadar bahwa saat ini pun ada entitas lain yang sedang menunggangi kita. Mengerikan? Iya. Tapi berapa banyak yang tidak sadar bahwa dirinya tengah ‘kesurupan’? Terlihat keren, sukses, pandai dan luar biasa padahal mengerjakan hal yang bukan panggilan jiwanya. Sakit. Orang yang sakit…
Untuk menyembuhkan Allah kirim pil-pil pahit dalam kehidupan. Itu tadi, kesempitan, kesedihan, huru-hara dunia – obat jitu agar membuat hawa nafsu ambruk.
Jadi belajarlah untuk menelan pil pahit. “Setelah kesulitan akan datang kemudahan”. Bersakit-sakit dulu bersenang-senang kemudian. Demikian kata orang tua dulu. Tampaknya mereka memang bijak, tahu bahwa bersabar atas sebuah kesulitan adalah obat yang manjur untuk kesehatan dan kebahagiaan jiwa yang hakiki. []
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
:)
ReplyDelete