Monday, March 9, 2020

Yang kita inginkan hidup lancar-lancar saja, rezeki cukup terus, rumah tangga damai, anak-anak sukses semua. Keinginan seperti itu wajar, manusia ingin mencari kebahagiaan. Tapi masalahnya kebahagiaan yang dia bayangkan kerap kali bukan sebuah kebahagiaan sejati, melainkan kebahagiaan yang fana yang akan musnah jika saatnya tiba. Allah Ta’ala menurunkan agama dan para utusannya justru untuk menyeru manusia untuk meninggalkan oase kebahagiaan yang akan hancur menuju istana kebahagiaan yang abadi yaitu mendekat dengan-Nya, Dzat Yang Maha Hidup dan Maha Kekal. Namun untuk meraihnya dia harus berani meninggalkan obyek-obyek yang dianggap menentramkan hatinya itu. Maka Allah bisa hancurkan oase-oase itu, semua hal yang kita sandarkan diri kepadanya. Bisa jadi bisnisnya dibuat bangkrut, bisa jadi pekerjaannya dibuat bermasalah, bisa jadi rumah tangganya dibuat kandas, bisa jadi tubuhnya dibuat ambruk, bisa jadi diuji dengan anaknya, dengan fitnah dan lain-lain yang mengguncangkan dirinya. Agar dia menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri di dunia ini betapa rapuhnya semua hal yang dia anggap bisa dia sandarkan diri itu. Ujian dalam kehidupan sesungguhnya adalah sebuah cermin yang Allah datangkan bagi kita untuk melihat apa yang ada di dalam diri. Kepada apa dan siapakah sebetulnya tawakal kita sebenarnya. Siapa atau apa yang kita anggap ‘akbar’ sejujurnya, walaupun lisan setiap hari berucap lewat shalat “Allahu Akbar”. Berbahagialah mereka yang diberikan “treatment” berupa ujian oleh Allah dalam kehidupan dunia ini. Sungguh karena semata-mata Dia memilihnya untuk mendekat dan tidak dibiarkan tenggelam dalam ilusi kenyamanan dan kebahagiaan yang palsu. “Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan “Kami telah beriman” dan mereka tidak diuji? Dan sunggu, Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui orang-orang yang dusta.” (QS Al Ankabuut [29} 2-3)

No comments:

Post a Comment