Seringkali kita mendengar perkataan ‘semoga arwahnya diterima di sisi Tuhan’ atau istilah ‘arwah gentayangan’ atau ‘perjalanan spiritual’, semuanya bicara tentang ruh, arwah adalah istilah jamak untuk ruh. Di sisi lain saat kita bernyanyi lagu Indonesia Raya, kita kumandangkan..’..bangunlah jiwanya bangunlah badannya untuk Indonesia Raya’ atau kita juga menyebut orang yang bermasalah mentalnya sebagai ‘mempunyai gangguan jiwa’. Nah, sebenarnya apa bedanya jiwa dan ruh? Sesungguhnya pengetahuan antara perbedaan kedua istilah ini sangat penting dalam memetakan struktur diri kita sendiri.
Ruh itu bungkusnya jiwa, sedangkan jiwa bungkusnya raga.
Jadi di dalam raga kita yang kita llihat sehari-hari ini terdapat jiwa dan ruh, dua entitas yang berbeda. Sebelum jiwa bersama-sama ruh ditiupkan ke dalam raga manusia dipanggil dulu ke hadapan Allah Ta’ala di suatu saat yang peristiwa itu terekam dalam Al Quran Surat Al A’raaf [7] ayat 172. Dikatakan sbb:
Allah mengambil kesaksian atas anfus (jiwa-jiwa) mereka,
Perhatikan di sini dikatakan yang diambil kesaksian adalah jiwa-jiwa bukan ruh.
Dengan demikian entitas utama manusia adalah jiwanya. Adapun ruh berfungsi untuk menghidupkan jiwa dan raga. Sedangkan raga adalah kendaraan jiwa selama berada di alam dunia dan alam mulkiyah.
Jadi jiwa kita yang berjalan sejak di alam alastu (alam persaksian), alam rahim, alam dunia, di alam barzakh dan seterusnya
Jiwa kita dan seluruh manusia dipanggil ke hadapan Allah ta’ala.
Allah bertanya, Bukankah Aku Rabbmu ?
Dan kita pun dulu menjawab Iya, dan kami bersaksi (balaa syahidna)
Dialog ini menunjukkan bahwa kita sudah mengenal Tuhan disana.
Maka saat jiwa terdalam kita dan ruh ditiupkan ke dalam raga yang berusia 120 hari kandungan, sang jiwa sudah mengenal Allah. Akan tetapi seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan raga, pengaruh dari orang tua dan lingkungan menyelimuti jiwa dan meninggalkan sayyiah-sayyiah. Oleh karena itu kita sekarang menjadi ragu-ragu pada Allah Ta’ala, siapa Allah, siapa kita? Apa tugas kita?
Oleh karena itu Plato, seorang filsuf Rabbani dari Yunani mengeluarkan konsep pendidikan yang berdasarkan ‘Recollection’, artinya setiap manusia dididik sesuai dengan ‘bakat langit’nya masing-masing yang perlahan-lahan akan dikenali recollection dalam perkembangannya.
Jiwa yang telah berpengetahuan awal tentang Tuhannya itu ketika dimasukkan ke dalam raga yang berupa janin tentu terjadi ‘gap’, karena akal raga sang janinn belum berkembang, sehingga belum siap menerima pengetahuan yang jiwa miliki. Jadi pengetahuan itu terkunci dalam jiwa yang ada di raga masing-masing manusia.
Akan tetapi saat raga makin tumbuh, si anak mulai masuk taman kanak-kanak, sekolah dasar dan seterusnya, jiwa makin tercekik di dalam oleh pengaruh-pengaruh buruk yang diterima oleh sekitarnya. Sehingga pengetahuan itu terkubur di dalam diri.
Jikalau Allah tidak memberikan taufik dan hidayah kepada seseorang, maka pengetahuan tentang jati diri yang dia terima di alam alastu itu tidak akan pernah terbongkar hingga ia meninggal dunia dan berpindah ke alam barzakh. Kadangkala jalannya melalui ujian hidup berupa hilangnya orang yang disayangi, kehilangan pekerjaan, berbagai hal yang membuat guncang kehidupannya dan menjadikan orang tersebut mulai berpikir dalam tentan kehidupan dan mencari kesejatian hidup. Saat itulah jiwanya mulai mendapat energi kembali, seiring dengan ilmu yang dia cari dan pensucian jiwa maka perlahan-lahan pengetahuan purba ini kembali terbongkar, our own personal legend.
Rasulullah saw bersabda ‘man arafa nafsahu faqad arafa Rabbahu’
Siapa yang mengenal nafs (jiwa) nya maka akan mengenal Tuhannya.
Perhatikan bahwa sang jiwa di sini yang menjadi titik fokus bukan ‘man arafa ruuhu’.
Suatu ketika raga kita akan meninggal dunia, dia akan hancur. Lalu komponen apa dari manusia yang melanjutkan perjalanan di alam barzakh? Sedangkan raga manusia sudah hilang tak bersisa. Jiwa kita yang sejak awal, dari alam alastu melakukan perjalanan hingga ke alam akhirat dan seterusnya.
Di alam barzakh, jiwa akan berinteraksi dengan malaikat, ada malaikat Munkar dan Nakir yang datang dan mengajukan pertanyaan (lihat artikel Hadis Tentang Kejadian Di Alam Kubur). Kenapa jiwa bisa berinteraksi dengan para malaikat sedangkan kita selama di dunia jarang sekali bisa berinteraksi dengan mereka? Karena jiwa dan malaikat sama-sama komponen dari alam malakut.
Demikianlah pembahasan singkat tentang perbedaan antara jiwa dan ruh. Pembahasan lebih lanjut mengenai unsur-unsur pembentuk manusia dibahas dalam tulisan yang berjudul Struktur Insan.
Semoga Allah Ta’ala menuntun kita kepada kesejatian kita yang hakiki. Aamiin.
(Referensi : Materi Serambi Suluk, Zamzam AJT, Jakarta 2008)
terus klo arwah gentayangan itu apa ? #salam kenal
ReplyDeletePAk WIranata Kusuma yang baik, arwah adalah kata jamak dari ruh. Ruh itu berfungsi memberi kehidupan bagi jasad dan jiwa, sehingga apabila seseorang meninggal secara jasad, ruh dan jiwanya akan melanjutkan perjalanan ke alam barzakh. Dengan demikian tidak ada sebenarnya arwah yang gentayangan, dalam arti mengerikan yang sering diekspos dalam film-film horor :)
Deletewallahua'lam
Ruh, nyawa dan arwah pada hakekatnya sama, cuma lokasinya yang berbeda. Sebelum ditiupkan (istilah) kedalam tubuh dinamakan ruh, setelah ditiupkan namanya nyawa, sedang saat berpisah dari jasad dinamakan arwah. Jadi keliru kalau dikatakan arwah gentayangan atau ruh kesasaran. Pada saat ruh berpisah dari jasad, maka masing masing kembali keasalnya. Ruh kembali keasalnya, tubuh kembali ke tanah dan jiwa kembali ke penciptanya. Jiwa yang tidak mengetahui jalan kembalinya,akan gentayangan....atau kesasaran.
DeleteYang gentayangan itu namanya qarin..
DeleteYang gentayangan itu namanya qarin..
Deletesaya ambil secara simple nya , dikatakan ruh dalam keadaan masih hidup / masih di bungkus di dalam raga dan ruh yang sudah keluar dari raga itu yang di namakan arwah , nah kalau arwah gentayangan itu cuma tambahan manusia saja lah .. ini menurut saya pribadi.
ReplyDeleteRuh dan Jiwa ternyata adalah dua substansi yang berbeda. Bukan satu "sosok" yang sama sebagaimana kita persepsikan selama ini. Allah SWT menempatkan jiwa berada di balik Otak. Sedangkan Ruh berada dibalik struktur tubuh secara menyeluruh, mulai dari sel-sel sebagai unit terkecil kehidupan sampai kepada jaringan, organ dan keseluruhan sistem tubuh seseorang.
ReplyDeleteInformasi tentang sumber kehidupan, agaknya, hanya bisa kita dapatkan dari Sang Pembuat Kehidupan itu sendiri, yaitu, Allah Sang Maha Pencipta, dengan berusaha melakukan rekonstruksi dengan mengambil informasi yang berasal dari FirmanNYA didalam Al-Quran dan kemudian dibahas dengan melibatkan ilmu pengetahuan yang berkembang di abad-abad mutahir.
Lebih jauh dapat kita baca dalam buku : Menyelam Ke Samuera Jiwa dan Ruh karya KH Agus Mustofa.
Ruh saat berpisah dari raga akan kembali ke asal-Nya, sedangkan jiwa jika cenderung ke akhirat akan mengikuti ruh tertahan di alam barzakh, sedangkan jiwa/nafs yang masih cinta dunia dendam dan belum ridho meninggalkan dunia akan tertinggal dan tersesat kepada kecenderungannya " saat " berpisah dari raga.... wa Alloh hu a'lam
ReplyDeletejika ruh,nyawa dan arwah itu sama disebut sebagai nyawa maka yang perlu saya tanyakan kepada bapak apa artinya dan hakekatnya yang disebut Ruh Nurani,ruh jasmani,ruh rehwani,dan yang lainnya.
ReplyDeleteSaya jadi bingung padahal setahu saya yang namanya nyawa cuma satu sedang kitab suluk yang pernah saya baca jauh lebih kedalam arti nyawa itu sendiri.
Nyuwun penjelasan bapak.Ahmad Malang
Memang ini pembahasan yang tidak mudah pak karena untuk sebagian orang hal yang gaib, namun seiring menempuh jalan suluk perlahan-lahan semua menjadi terang terbedakan satu sama lain. Untuk membedakan ruh dan jiwa kita harus pahami bahwa mereka berasal dari dua alam yang berbeda. Ruh adalah dari alam Jabarut dan jiwa adalah dari alam Malakut. Ruh memang berfungsi memberi hidup, ruh yang memberi hidup jasad disebut ruh jasmani, ruh yang menghidupkan segenap binatang adalah ruh hewani, ruh yang menghidupkan tumbuh-tumbuhan adalah ruh nabati, dan ruh yang menghidupkan bebatuan, mineral, atom-atom semesta adalah ruh mineral.
DeleteAdapun fokus dalam perjalanan suluk adalah kita melakukan tazkiyatun nafs, bukan tazkiyatun ruh - karena ruh sudah suci. Kita pelan-pelan mengunyahnya ya Pak Ahmad. Semoga Allah menuntun kita kepada pemahaman yang haq. Aamiin
ini sedikit penjelasan dr pk nasril pdg.yang disebut arwah kentayangan adalah jiwa yang hidup tanpa jasad.sedangkan jasad sudah hancur jadi tanah.jiwalah yang berkelana atas perbuatannya sendiri.bukan ruh...karna yg bisa sesat itu adalah jiwa,bukan ruh.ruh tidak ada kata kata sesat baginya.karna ruh yang berasal lansung dari tuhan.
ReplyDeleteAss wr wb, dari uraian diatas ada hal yg ingin saya tanyakan..dituliskan: ."Adapun ruh berfungsi untuk menghidupkan jiwa dan raga".. sedangkan saat jiwa yg blm ditiupkan bersama ruh, jiwa di minta kesaksiannya, berarti jiwa sdh hidup saat di minta kesaksian, sedangkan diuraikan diatas saat kesaksian tersebut ruh blm bersama jiwa.. pertanyaannya dari mana jiwa bisa hidup Dan menjawab kesaksian sedangkan saat Itu belum bersama ruh..? Mohon penjelasan penulis terima kasih sebelumnya.
ReplyDeleteKita hidup dng 3 kesaksian/sahadat,yg 2 kita lupa kita pernah diminta untuk bersaksi.
Delete1.kesaksian waktu di alam ruh
2.kesaksian waktu di perut ibu(kesaksian jiwa pada saat mau di tiukan ruh setelah 120 hari)
3.kesaksian setelah jahir di dunia.
Jiwa dan ruh jelas berbeda.mari kita berpikir sejenak, apakah mani itu sesuatu yg mati/punya daya hidup.klu sesuatu yg mati knp bisa berkembang.setelah 120 hari baru ditiupkan ruh.jd sblum 120 hari dia hidup dng apa?
ReplyDeleteRuh merupakan pembimbing jiwa.jasad di tuntut tuk mengenal jiwanya,jiwa di tuntut tuk mengenal ruh nya maka jdlah kita insan yg selamt.
Pada saat kita mati ruh akan kmbali kpd ALLAH,sedangkan jiwa akan kmbali ke alam barzah untuk bertanggung jawab atas perbuatannya di dunia.
Saya bisa mengerti kalau dengan yg ini semoga benar pengetahuannya.
DeleteLihat Hakekat/makna 7 Lapis Langit 7 Lapis Bumi dan Apa yang ada diantara keduanya..
ReplyDeleteBetul 3 unsur utama manusia.
1. Jasad
2. Ruh
3. Diantara keduanya adalah TAKDIR atau KETENTUAN.
Dan masing-masing diciptakan dalam 2 Rangkaian waktu.
Jiwa ??
Jiwa atau Nafs adalah bagian Ruh itu sendiri.
mempunyai warna, bentuk, fungsi dan tujuannya masing-masing.
Ruh terbagi menjadi 7 bagian Nafs/Jiwa.
pernah tahu orang gila… yg hilang akalnya
pernah tahu orang idiot.. yg hilang ilmunya
pernah tahu orang kafir.. yg hilang imannya
pernah tahu orang mati.. yg hilang nyawanya sekaligus Ruhnya
pernah tahu tanpa Nafsu…. Wa Ruuhu Fiiha
….
….
ke 7 nya merupakan satu kesatuan yg tidak bisa dilepaskan.. Ibarat sinar matahari yg melewati tetesan air hujan atau yg melewati sebuah prisma.
Tampak 7 warna yg terurai.
Bisa dirasakan tapi tidak bisa dipegang..diraba..ditangkap ataupun disimpan..
Wsslm.
Menurut Saya Jasad Hanya kendaraan Ruh Bersama Akal,Dan jasad di kendarai juga oleh Jin Qorin bersama Nafsu. Di saat orang Meninggal Ruh dan akal kembali kepada ALLaH. Dan Yang Di bilang Arwah gentayang Ya Jin Qorin dan napsu.
ReplyDeleteluar biasa kajiannya.
ReplyDeleteTrims semoga penjelasannya di menjadikan jalan hidayah bagi pembacanya
ReplyDeleteRuh dan jiwa itu berbeda...
ReplyDeleteRuh itu akan selalu suci dan ketika nanti berpisah dr raga maka akan kembali pd Nya.
Ketika msh berada di alam Rahim Jiwa telah mengenal Allah dan yg melakukan perjanjian, kemudian kelak jiwa lah yg akan mempertanggungjawabkannya.
Saat terlahir ke dunia jiwa itu bersih /suci... Tetapi kemudian keadaan lingkungan yg mempengaruhinya, lingkungan yg bisa mengotori jiwa... Apakah jiwa akan bs mempertahankan kebersihannya atau akan terkotori?.
Jiwa yg bersih akan mudah menemukan jalan pulang... Tp jiwa yg terkotori dan blm bs menemukan jalan pulang maka jiwa tsb msh mungkin akan berkelana utk bs menemukan jln pulang itu.
Diperlukan utk mencari dan menemukan kesejatian diri utk jiwa bs bersih dan tenang, bukan resah dan gelisah.
"Wahai jiwa yang tenang!
Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yg ridha dan diridhai-Nya. Maka masuklah kedalam golongan hamba-hamba-Ku, dan masuklah kedalam surga-Ku".
(QS.Al-Fajr, 27-30).