Ketahuilah bahwa setiap manusia telah dan akan melewati sekian banyak tempat menetap, alam atau negeri sepanjang perjalanan hidupnya.
Pengetahuan mengenai hal ini penting agar kita tahu skema besar perjalanan hidup, dan tidak tertumpu hanya di kehidupan dunia saat ini saja.
Keterangan ini diambil dari Kitab Risalah al Anwar (Risalah Cahaya-Cahaya) karangan Ibnu Arabi. Beliau menceritakan tentang 7 alam (mauthin) yang akan ditempuh oleh manusia:
1. Mauthin syahadah
2. Mauthin rahim
3. Mauthin dunia
4. Mauthin barzakh
5. Mauthin mahsyar
6. Mauthin akhirat
7. Mauthin al-katsiib (bukit pasir)
Mauthin syahadah atau alam persaksian telah kita lalui, di sana seluruh jiwa dikumpulkan dan bersaksi di hadapan Allah yang terekam dalam Al Quran,
Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan dari sulbi anak cucu Adam keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap anfus (jiwa-jiwa) mereka (seraya berfirman), “Bukankah Aku ini Tuhan-mu?”.
Mereka menjawab, “Betul, (engkau) Tuhan kami, kami bersaksi”
(Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan
“Sesungguhnya ketika itu kami lengah terhadap ini.”
(QS Al A’raaf [7]: 172)
Dari alam syahadah, sang jiwa di turunkan pada waktu dan tempat yang telah Allah tentukan ke alam dunia melalui rahim sang ibu. Kemudian tinggallah sang jiwa menyatu dengan raganya di dalam rahim selama kurang lebih 9 bulan lamanya.
Sekarang kita berada di alam dunia dan sungguh kita hanya tinggal di sini sebentar saja dibandingkan dengan lama kita tinggal di alam-alam berikutnya. Para nabi dan leluhur kita yang telah wafat sudah berpindah alam ke alam barzakh, mereka masih hidup di sana selama ribuan tahun bahkan lebih. Dan semua mukmin yang hidup di alam barzakh bukan tidur, mereka shalat di sana, belajar, berkomunikasi dan berma’rifah. Namun ada juga yang mengalami pembersihan di alam barzakh atau sering disebut alam kubur.
Sungguh hidup di dunia ini sangat sebentar, mereka yang telah melaluinya bersaksi demikian dan terekam dalam Al Quran,
Allah bertanya, “Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?”
Mereka menjawab, “Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada (malaikat) yang menghitung.”
Allah berfirman, “Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui.”
(QS Al Mu’minuun [23]:112-114)
Akan tetapi, walaupun singkat kehidupan kita di alam selanjutnya sangat ditentukan di sini. Maka negeri dunia disebut negeri bekal. Inilah saatnya kita bekerja keras mengumpulkan bekal sebanyak-banyaknya untuk melanjutkan perjalanan ke alam-alam selanjutnya.
Kesadaran tentang skema perjalanan alam-alam ini dan betapa singkatnya sebenarnya kehidupan kita di dunia seyogyanya menjadikan kita tidak dibuat pusing oleh takdir yang Allah desain untuk kita di alam ini. Karena sesulit-sulit hidup kita di sini, secape apapun sungguh tidak ada apa-apanya dibandingkan kesulitan di alam sana. Demikian juga kenikmatan tertinggi di alam dunia sekalipun tidak akan bisa menandingi kenikmatan yang akan diraup di alam sana.
Semoga Allah Ta’ala menuntun kita dalam menapaki kehidupan dunia dan mendapatkan bekal yang sebaik-baiknya dari sisi-Nya. Aamiin.
(Referensi : Materi Serambi Suluk, Zamzam AJT, Jakarta 2008)
No comments:
Post a Comment