Rasulullah saw bersabda, Barangsiapa yang menempuh (salaka) suatu thariqan (jalan) untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan jalan ke surga.
Istilah thariqah ini juga berasal dari kata kerja tharaqa, artinya memukul sesuatu dengan palu atau menempa sesuatu menjadi tipis. Karena itu dalam sebuah thariqah, isinya penempaan. Dari besi yang tidak berbentuk, dibakar dan ditempa jadi pedang tipis yang tajam. Atau arti lainnya, mengetuk pintu. Sesuatu yang terus menerus dan ada tujuannya.
Siapapun yang menempa dirinya dengan tuntunan Allah Ta’ala, maka dirinya sedang menempuh thariqah, maka jangan mempersempit kata thariqah ini dengan tarekat. Thariqah adalah istilah dalam agama yaitu jalan yang sangat bersifat individu yang masing-masing kita wajib mencarinya mulai dari alam dunia ini. Siapapun yang berjuang melaksanakan aspek syariat dengan baik lalu masuk ke tahapan thariqah maka cirinya ada produk-produk pertaubatan yang terpantul pada dirinya, terlepas dari orang itu tergabung dalam suatu jamaah tarekat atau tidak. Istilah thariqah tidak secara khusus mengatakan Tarekat Naqshabandi, Maulawiyah , Kadisiyyah dsb itu hanya bentuknya saja. Ada yang berjalan sendirian, ada yang tersistem, kita tidak pernah tahu.
Rasulullah saw berkata, “Sesungguhnya syariatku datang dengan membawa 360 thariqatan, barangsiapa menempuh salah satunya niscaya akan sampai”
Istilah thariq juga terdapat di Al Quran [46]: 30
Hai kaumku, sesungguhnya aku telah mendengar sebuah kitab yang telah diturunkan setelah Musa, yang membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya.
Kitab Al quran itu memberi petunjuk kepada Al Haqq dan thariqi mustaqiim.
Dari ayat di atas Allah memberi tuntunan kepada kita bahwa kunci untuk membuka jalan (thariq) masing-masing menuju Al Haqq adalah dengan mempelajari Al Quran sehingga kita mendapatkan petunjuk darinya.
Al haqq itu sifatnya kebenaran yang umum, yang semua harus mengenalnya. Tapi thariq itu spesifik per individu. Ini terkait orbit diri dan misi suci masing-masing dari Allah.
Di ayat ini juga Allah menggunakan nama lain di depan mustaqiim dengan istilah ‘thariqimustaqiim’ . Kalau kita berdoa dalam shalat memohon ‘ihdina shiraathal mustaqiim’ maka ini identik dengan ‘thariqi mustaqiim’
Setiap hari kita berdoa dalam shalat ‘ihdina shiraathalmustaqiim.’ meminta jalan yang teguh. Setidaknya lima waktu dalam sehari. Dimana inti Al Fatihah adalah pada doa itu. Sebagai muslim kita harus mengerti apa yang kita minta, jangan meminta pada Allah sesuatu yang kita tidak pahami, sehingga pada saat Allah mengabulkan atau tidak mengabulkan, kita tidak tahu . Padahal dalam Al Quran dikatakan, ‘Janganlah engkau meminta kepadaKu sesuatu yang engkau tidak pahami.’
Maka harus kiranya masing-masing kita membaca dan mengkaji Al Quran, apa yang Allah katakan tentang shiraathal mustaqiim. Sehingga kita tidak berdoa atau shalat dengan lalai.
Semoga Allah Ta’ala membimbing kita kepada shiraathal mustaqiim. Aamiin.
(Referensi : Materi Serambi Suluk, Zamzam AJT, Jakarta 2008)
No comments:
Post a Comment