Sesungguhnya Kami telah mengemukakan kepada langit-langit, kepada
bumi, gunung-gunung, semuanya enggan untuk memikul amanah itu dan
mereka khawatir untuk mengkhianatinya, dan dipikullah amanah tersebut
oleh manusia.
(QS [33]:72)
Pernah suatu ketika Allah membuka kesempatan kepada semua makhluknya
untuk memikul amanah menjadi ‘cahaya Allah’, dan menolaklah semua
makhluknya kecuali manusia. Karena memang sebenarnya hanya manusia
yang mampu memikul amanah itu – sebagai makhluk Allah yang mempunyai
potensi paling banyak menyerap sifat-Nya. Akan tetapi keadilan Allah
membuat-Nya menawarkan kesempatan ini bagi semua makhluknya, dan
memang para makhluk-Nya selain manusia cukup tahu diri untuk tidak
menerima amanah tersebut. Hingga dipikullah amanah itu oleh manusia.
Untuk dapat mengerjakan amanah Allah, maka manusia harus terlebih
dahulu mencapai struktur target menjadi cahaya Allah (QS An Nuur :
35), karena setelah itu baru terbukalah apa misinya, untuk apa dia
diciptakan, apa kodrat dirinya, atau dalam Bahasa Sufi disebut telah
‘bertemu diri’. Inilah pengenalan diri yang hakiki yang sejalan dengan
hadis Rasulullah saw, man arafa nafsahu faqad arafa Rabbahu.
Barangsiapa mengenal jiwanya maka akan mengenal Tuhannya.
Terkait amanah, Rasulullah saw bersabda, “Bila sebuah al amanah
disia-siakan maka tunggulah saat kehancurannya.”
Seorang sahabat bertanya, “Ya Rasulullah bagaimana yang disebut
menyianyiakan amanah itu?”
Rasulullah menjawab, “Bila sebuah urusan (al amru) diserahkan kepada
yang bukan ahlinya (bukan haknya).”
Jadi setiap manusia ada keahlian di bidang masing-masing, bukan
sekedar ditentukan gelar atau jenjang akademis, kuliah dimana, pangkat
apa, magisternya apa,dll. Tentu semua itu membantu kita untuk
mengidentifikasi kodrat diri, bahwa ada sebuah fungsi spesifik yang
harus kita kerjakan di bumi ini yang bila kita tidak mengerjakan itu
tunggulah kehancurannya di bidang tersebut, karena kita tidak
mengerjakan tugasnya. Dunia kita saat ini secara umum carut-marut
karena banyak orang yang belum mengerjakan tugasnya.
Semoga Allah Ta’ala menolong kita mengerjakan amanah pribadi
masing-masing, aamiin.
(Referensi : Materi Serambi Suluk, Zamzam AJT, Jakarta 2008)
No comments:
Post a Comment