Wednesday, September 26, 2012

Mengemban Amanah Sebagai Cahaya Allah

Sesungguhnya Kami telah mengemukakan kepada langit-langit, kepada bumi, gunung-gunung, semuanya enggan untuk memikul amanah itu dan mereka khawatir untuk mengkhianatinya, dan dipikullah amanah tersebut oleh manusia. (QS [33]:72)

Pernah suatu ketika Allah membuka kesempatan kepada semua makhluknya untuk memikul amanah menjadi ‘cahaya Allah’, dan menolaklah semua makhluknya kecuali manusia. Karena memang sebenarnya hanya manusia yang mampu memikul amanah itu – sebagai makhluk Allah yang mempunyai potensi paling banyak menyerap sifat-Nya. Akan tetapi keadilan Allah membuat-Nya menawarkan kesempatan ini bagi semua makhluknya, dan memang para makhluk-Nya selain manusia cukup tahu diri untuk tidak menerima amanah tersebut. Hingga dipikullah amanah itu oleh manusia.

Untuk dapat mengerjakan amanah Allah, maka manusia harus terlebih dahulu mencapai struktur target menjadi cahaya Allah (QS An Nuur : 35), karena setelah itu baru terbukalah apa misinya, untuk apa dia diciptakan, apa kodrat dirinya, atau dalam Bahasa Sufi disebut telah ‘bertemu diri’. Inilah pengenalan diri yang hakiki yang sejalan dengan hadis Rasulullah saw, man arafa nafsahu faqad arafa Rabbahu. Barangsiapa mengenal jiwanya maka akan mengenal Tuhannya.

Terkait amanah, Rasulullah saw bersabda, “Bila sebuah al amanah disia-siakan maka tunggulah saat kehancurannya.” Seorang sahabat bertanya, “Ya Rasulullah bagaimana yang disebut menyianyiakan amanah itu?” Rasulullah menjawab, “Bila sebuah urusan (al amru) diserahkan kepada yang bukan ahlinya (bukan haknya).”

Jadi setiap manusia ada keahlian di bidang masing-masing, bukan sekedar ditentukan gelar atau jenjang akademis, kuliah dimana, pangkat apa, magisternya apa,dll. Tentu semua itu membantu kita untuk mengidentifikasi kodrat diri, bahwa ada sebuah fungsi spesifik yang harus kita kerjakan di bumi ini yang bila kita tidak mengerjakan itu tunggulah kehancurannya di bidang tersebut, karena kita tidak mengerjakan tugasnya. Dunia kita saat ini secara umum carut-marut karena banyak orang yang belum mengerjakan tugasnya.

Semoga Allah Ta’ala menolong kita mengerjakan amanah pribadi masing-masing, aamiin.

(Referensi : Materi Serambi Suluk, Zamzam AJT, Jakarta 2008)

No comments:

Post a Comment