Tuesday, August 6, 2019

Mati listrik itu mengesalkan. Apalagi jika matinya di malam hari, jika kita tidak punya generator (genset) maka semua komponen elektronik dalam rumah otomatis lumpuh, tak dapat digunakan. Sambungan wifi hilang, lampu jelas padam, pemanas air tak berfungsi, televisi, radio dll yang membutuhkan  daya listrik untuk bisa difungsikan secanggih apapun benda itu menjadi tidak dapat dinikmati fiturnya jika aliran listrik tidak ada.

Dalam diri kita aliran listrik itu laksana ruh. Ada jenis ruh yang bisa menghidupkan semua komponen tubuh seperti jantung, otak, paru-paru dll hingga kita bisa hidup dan menjalani keseharian. Jenis ruh ini standar diberikan kepada semua manusia hingga batas waktu yang telah ditentukan. Tercatat saat kita dulu masih berbentuk janin usia 120 hari di kandungan ibunda.

Namun ada jenis ruh lain yang harus dikejar bagi mereka yang memiliki keinginan kuat (himmah) untuk mendapatkan ridho Allah. Ruh ini disebut Ruhul-Qudus, utusan tertinggi Allah kepada setiap insan yang telah mencapai titik taubatan nasuha. Dalam Al Quran, insan yang telah meraih ruh tertinggi ini disebut telah beriman dengan iman yang sesungguhnya (iman billah). Dan kategorinya adalah para syuhada dan shiddiqiin. Jelas golongan manusia yang sudah berada di shiraathal mustaqiim.

Kehadiran Ruhul-Qudus ini seperti arus listrik yang menghidupkan sekian banyak potensi di dalam diri kita. Terutama potensi akal untuk mengenal Allah, memahami Al Quran serta membuat manusia menjadi menyadari bahwa tidak ada yang sia-sia dalam kehidupan. Sebuah tingkatan orang yang sudah menyala akal lubbnya dan berkata "Rabbana maa khalaqta haadza baathilaa"

Selama Ruhul-Qudus belum menyala dalam qalb seseorang, manusia belum ajeg pijakan hidupnya. Masih meraba-raba mencari posisi diri dalam konstelasi semesta. Masih menerka-nerka kodrat dirinya apa. Makanya selalu ada dirasa kekosongan dan rasa hampa dalam hati selama seseorang belum Allah pertemukan dengan bidang yang memang miliknya semata.

Seperti fenomena aliran listrik padam dan kita dibuat kelabakan karenanya. Selama Ruhul-Qudus belum Allah nyalakan dalam diri, sesuatu yang disebut dengan "kelahiran kedua" oleh Nabi Isa as. Maka hidup kita akan mudah dibuat kelabakan oleh berbagai fenomena: perseteruan keluarga, gunjang-ganjing rumah tangga, ribut pilpres, heboh harga sembako naik, doa yang belum dikabulkan juga, kehilangan anggota keluarga, musibah yang rentan menerpa kita dsb.

Seumur hidup kita akan dihantam oleh berbagai masalah. Tujuannya agar akal dalam berkembang. Seperti anak sekolah yang diberi ujian agar dia naik tingkat. Ujian pada hakikatnya akan menampakkan keadaan dalam hati kita yang sebenarnya pada saat itu. Sungguh sebuah pertolongan Allah untuk melihat keadaan hati yang terdalam. Jika tidak kita akan terjebak pada waham diri sudah pintar, diri yang shalih, diri sudah beriman dll.

Suluk adalah jalan untuk menaklukkan diri sendiri, meredam amarah, mengendalikan hawa nafsu dan syahwat. Hingga semuanya tunduk berserah diri menjadi muslim. Semakin hati kita bercahaya karena dipoles dan digerinda dalam sungai takdir kehidupan masing-masing yang kita sabar dan ridho menjalaninya. Semakin dekat kita pada saat-saat Allah menyalakan api misbah dalam qalb kita. Agar menyala semua komponen dalam diri yang Allah berikan. Supaya semua itu tidak mubazir. Agar saat kita kembali kepada Allah sudah dengan jiwa yang tenang (nafs muthmainnah).
Semoga...

No comments:

Post a Comment