Pagi ini Rumi memilih di website tas spiderman yang dia sukai. Kita mencoba membiasakan diri hanya membeli barang yang memang dibutuhkan, bukan diinginkan. Agar lebih ringan hisab di akhirat nanti. Kebetulan tas yang ada sudah mulai bolong lebar yang mengakibatkan barang-barang kecil yang ada di dalam tasnya berjatuhan.
Diantara sekian banyak pilihan, dia keukeuh - bersikeras ingin tas yang itu, dengan faktor utama warnanya sesuai dengan warna favoritnya. Saya kasih pertimbangan lagi sama anak itu tentang harga, kualitas, dimensi tas, waktu kirim dsb. Hal yang belum masuk dalam pertimbangan seorang anak usia lima tahun. Jadinya agak menantang juga membawa dia ke level diskusi rasional karena dia sudah cenderung diselimuti oleh keingunannya yang "pokoknya warna itu".
Jadi ingat waktu saya "merengek-rengek" sama Allah minta dikabulkan doa yang itu, pake ngancam-ngancam segala "Bukankah Engkau Maha Mengabulkan doa ya Allah. Bukankah Engkau berlari kalau aku berjalan" sambil dalam hati menggerutu "kok ngga dikabul juga sih? Kok lama responnya?". Haduh maaf ya Gusti. Astaghfirullah.
Begitulah kalau akal hati masih level seperti anak usia 5 tahun. Masih emosional, tidak berpikir matang, grasa-grusu, inginnya instan, kurang perenungannya jadi boro-boro berpikir jauh tentang konsekuensi sebuah pengabulan doa dan hikmah dibalik sebuah penundaan doa.
Untung Allah itu Maha Baik. Serewel apapun kita toh jatah oksigen kita tidak langsung dipotong. Sengeyel apapun toh hidup masih asyik-asyik aja, sambil ngopi-ngopi di cafe ber-ac dan nyaman. Duh, Gusti, maafkan semua kebodohan hamba. Maafkan semua doa yang hamba panjatkan tanpa sebuah pengetahuan yang haq. Dan maaf kalau sempat memaksa-maksa dengan ancaman dan rengekan yang tak pantas.
Sembah sungkem...
No comments:
Post a Comment