Tuesday, August 6, 2019

Sejarah pernah mencatat keberadaan sebuah bangsa dengan kekuatan fisik yang luar biasa hingga bisa menaklukkan benua Asia, Timur Tengah dan sebagian Eropa bagian timur. Itulah Bangsa Mongol, tentaranya dikenal memiliki kekuatan yang tak terkalahkan, mereka terlatih untuk bisa berkuda ratusan kilometer sehari dengan tanpa istirahat. Dikisahkan kalau ada seorang prajurit Mongol dikeroyok oleh tiga puluh orang, maka orang Mongol itu tetap akan menang.
Namun, sejarah pula mencatat bahwa bangsa penakluk besar itu pernah “ ditaklukkan” oleh tanah jajahannya. Yaitu dimulai ketika Berkhe Khan, cucu dari Genghis Khan memeluk agama Islam. Hal itu diikuti oleh prajurit Mongol lain sehingga hampir seluruhnya bersyahadat. Fenomena ini dalam sejarah dicatat sebagai, “Penakluk yang ditaklukkan oleh tanah jajahannya.”
Apa yang membuat Bangsa Mongol, bangsa yang terkenal kuat dan keras itu menjadi luluh memeluk Islam? Terutama karena akhlak para mukmin yang berada di tanah yang mereka rebut.
Demikianlah kekuatan akhlak. Kekuatan transformasi Ilahiyah dalam diri bisa memancar dayanya hingga menerangi hati orang lain untuk ber-Islam.
Dalam interaksi bermasyarakat atau berumah tangga kita akan diuji oleh perilaku orang  lain yang tidak pantas atau bahkan menyakitkan. Bisa jadi datang dari pasangan kita, anak kita, tetangga, keluarga, pimpinan di kantor atau rekan dalam berbisnis. Inilah jihad yang sesungguhnya. Ketika hawa nafsu lebih cenderung ingin membalas dendam dan menghantam balik, justru kita berjuang untuk meredamnya dan mematikan bara dendam dengan terus berbuat baik. Ketika bara amarah lebih cenderung untuk melampiaskan kemarahan dengan berteriak, memukul meja atau balik berkata-kata tajam, kita berjuang untuk diam sambil istighfar. Ketika hati bergejolak dengan ragam fitnah jahat yang disebarkan dan rasanya ingin membalas dengan mengungkapkan keburukan orang tersebut, kita berjuang untuk memilih membalas dengan elegan dan dengan akhlak yang mulia sambil menutupi aibnya.
Buah dari akhlak yang baik pasti akan bisa dipetik di dunia dan akhirat. Setidaknya bagi diri kita sendiri sudah terasa manfaatnya. Sifat memaafkan, sabar dan tawakal itu lebih menyehatkan diri dibanding marah, balas dendam dan menyimpan kekesalan. Sifat kepemurahan dan welas asih itu justru yang paling efektif memancing rahmat Allah Ta’ ala.
Bersuluk adalah fokus menempa diri sendiri hingga kita tidak dipusingkan oleh kelakukan orang lain di sekitar kita dan dengan dzikir menjalani semua itu manis dan pahitnya hingga semua terasa menjadi manis dalam jiwa kita. Karena apapun yang hadir adalah pemberian langsung dari-Nya.



No comments:

Post a Comment