Wukuf di Arafah: Berdiam di Padang Pengenalan
“Al Hajj ‘arafah” sabda Rasulullah saw dalam HR At Tirmidzi. Menggambarkan sebuah korelasi yang signifikan antara keberhajian seseorang dengan pengenalannya atas diri, atas kehidupan dan tentu atas Sang Rabb.
Karena Rasulullah saw pun bersabda, “Barangsiapa mengenal dirinya maka akan mengenal Tuhannya.” “Man ‘arafa nafsahu faqad ‘arafa Rabbahu”
Pengenalan diri ini menjadi landasan yang penting dalam kita membangun peribadatan kepada Allah. Karena tangga menuju-Nya dibangun dari tanah bumi yang dipijak dan yang membentuk diri dan kehidupan masing-masing. Bukan dari yang lain. Dan sama sekali bukan dari yang jauh dari bumi tempat kita pernah dan sedang berpijak.
Semakin seseorang mengenal jati dirinya masing-masing semakin ia akan selektif dalam berteman, membaca buku, memilih pekerjaan, memutuskan kegiatan liburan dan waktu luang dan lain-lain aktivitas yang melingkupi dirinya. Dan yang paling penting. Semakin seseorang mengenali apa pekerjaan yang berasal dari bakat jiwanya, sebuah misi hidup atau kodrat diri yang telah diamanahkan dulu kepadanya. Maka disitulah mata air kebahagiannya akan ditemukan. Yang dengannya jiwanya tidak lagi merasakan dahaga dalam hidup berupa kesepian, kebingungan, kekhawatiran, kebosanan, kemalasan dll rasa yang melemahkan. Karena itulah shiraathal mustaqiimnya. Jarak yang paking dekat mendapatkan ridho dan cahaya Allah melalui kegiatan merahmati buminya masing-masing.
Kebahagiaan yang hakiki itu adalah surga. Oleh karenanya di Hari Arafah, hari saat jati diri dikenali sang hamba akan otomatis terbebas dari neraka kehidupan yanh tak sesuai dan jati diri yang tidak cocok dengan dirinya. Dari Aisyah ra, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, ‘Tidak ada satu hari pun yang di hari itu Allah lebih banyak membebaskan hamba-Nya dari api neraka daripada hari ‘Arafah. Karena pada hari tersebut Allah turun kemudian membangga-banggakan mereka di depan para malaikat seraya berfirman: ‘Apa yang mereka inginkan? (Pasti akan Aku kabulkan).” (HR. Muslim, hadits no. 2402).
Inilah jalan kebahagiaan yang Allah Ta’ala janjikan bagi mereka yang berserah diri kepada-Nya. Percaya saja kepada Allah. Dia sungguh sudah mengatur semuanya, bahkan dalam hal yang akal kita tak terbayangkan.
Setiap orang harus sampai di Padang Pengenalannya masing-masing. Sebuah tempat dan fase dimana Allah Ta’ala mengumpulkan hal-hal yang terserak dari diri kita. Sebagaimana Allah mengumpulkan kembali Adam as dan Siti Hawa.
“Awaluddiina ma’rifatullah” - Rasulullah saw
Awal beragama adalah ma’rifatullah. Logis sekali. Jika tidak dilandasi dengan ma’rifatullah maka bangunan agama kita besar kemungkinan salah bangun. Seperti mencoba mempersembahkan sesuatu kepada yang kita cintai tanpa tahu dan mengenal dengan baik apa yang menjadi cita-cita dan kesukaannya. Ketika seseorang beragama hanya dilandaskan oleh keinginan dirinya, bisa jadi apa yang ia lakukan jauh dari apa yang Allah ridhoi, walaupun seolah baik dan hebat di mata manusia.
Hari Arafah merupakan hari diturunkannya firman Allah Subhanahu wa Ta’ala, “…pada hari ini Aku sempurnakan bagimu agamamu, dan Aku cukupkan nikmat-Ku kepadamu, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agamamu..” (QS. Al-Maidah : 4).
Di hari pengenalan seseorang bangunan agama mulai teridentifikasi dan pondasi yang tepat mulai dipancangkan. Sebuah jalan spesifik yang Allah ridhoi bagi setiap manusia yang ikhlas dan sungguh-sungguh mencari-Nya.
Wallahu’alam.
No comments:
Post a Comment