Wednesday, January 23, 2019

Bisakah kita menjawab pertanyaan "Man Rabbuka?"

Akan datang kepada manusia saat kematiannya. Ketika jasadnya dimasukkan ke dalam liang lahat dan pengantar terakhir sudah beranjak dari kuburan maka datanglah dua malaikat Munkar dan Nakir mengajukan enam pertanyaan. Pertanyaan pertama adalah “Man Rabbuka?” (Siapakah Tuhanmu?). Untuk menjawab pertanyaan ini sungguh tidak bisa hanya mengandalkan ingatan yang tertanam di sel-sel saraf otak yang sudah mati dan hanya menunggu waktu menjadi makanan para cacing tanah. Lalu siapa yang menjawab jika jasad manusia sudah mati?
Inilah pentingnya kita melakukan tazkiyatun nafs, upaya mensucikan jiwa kita dengan mengikuti syariat dan seluruh ketentuan yang Allah turunkan. Karena takdir yang menyelubungi setiap orang sudah suci dan ia bersifat mensucikan jiwa, jika sang manusia itu bersabar menjalaninya.
Rabb artinya adalah pemelihara dan penguasa. Tapi kalau boleh kita jujur siapa yang tengah menguasai diri kita saat ini? Apakah ambisi ingin menjadi sesuatu? Apakah keinginan yang tak ada habisnya itu? Atau apa kata orang yang menguasai setiap keputusan yang kita ambil, yang karenanya orang menjadi tawanan “apa kata orang” dan membelitkan dirinya dalam kekang pandangan manusia. Juga kalau boleh jujur siapa yang kita rasa memelihara diri dan keluarga? Apakah gaji bulanan yang kita takut setengah mati kalau kehilangannya? Apakah harta warisan atau bisnis yang kita kangkangi sedemikian rupa agar tidak habis? Apakah pasangan yang memelihara kita yang kita sangat tidak mau kehilangan dirinya?
Allah sebagai Rabb sangat halus, Dia sangat tersembunyi. Walaupun Dia pada hakikatnya yang memelihara setiap nafas, detak jantung kehidupan dan perputaran roda dunia tapi Dia Maha Sabar untuk diacuhkan oleh para ciptaan-Nya. Bahkan dikhianati dengan manusia melekatkan diri erat-erat kepada sekian banyak obyek yang ia pikir menjadi sandaran kehidupannya.
Maka bisa jadi ada orang yang menjawab pertanyaan para malaikat di kubur tentang “Siapa Tuhanmu?” akan dijawab dengan jujur oleh sang jiwa dengan “Suamiku atau istriku atau pekerjaanku atau karirku atau anak-anakku atau bisnisku atau nama baikku atau kepintaranku…”dan seterusnya.


2 comments:

  1. Assalamu'alaikum. Bolehkah saya share artikel refleksi anda untuk saya dan saudara saya lainnya? Insya Allah bermanfaat.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wa'alaikumsalam wrwb. Silakan, semoga bermanfaat

      Delete