Wednesday, January 30, 2019

Potensi paling besar manusia adalah menjadi lokus tajalli-Nya. Hanya manusia, makhluk yang bisa mengenal Allah dengan sebaik-baik makrifat. Tugas mengenal-Nya ini yang ditafsirkan oleh Ibnu Abbas dalam ayat QS Adz Dzaariyaat [51]: 56, “Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.”

Sayangnya waktu yang ada di dunia kebanyakan dihabiskan dalam kesibukan mengumpulkan harta dan bermegah-megahan. Selalu ingin lebih banyak, lebih tinggi, lebih baru, lebih keren, lebih ini dan lebih itu. Hingga satu-satunya penghenti adalah tibanya kematian.
“Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur.”(QS At Takaatsur[102]:1-2)

Mencari rezeki dan ikhtiar itu wajib, itu bagian dari menjalankan kewajiban dan memenuhi hak raga dan keluarga di dunia. Akan tetapi tidak perlu ngoyo melakukannya. Tidak perlu sampai menerobos pagar-pagar kehidupan. Tak perlu juga sebenarnya dibuat susah oleh pembagian rezeki-Nya di dunia.

Rezeki itu mengejar manusia sesuai dengan kecepatan kematian, karena Allah Maha Teliti maka ketika seseorang habis waktu hidupnya di dunia maka secara bersamaan kadar rezekinya memang pas habis. Jadi kalau merasa rezeki kurang barangkali gaya hidup kita yang harus disesuaikan. Bisa jadi tidak perlu mengejar ingin rumah yang itu, kendaraan yang itu, sekolah yang itu, pakaian yang itu, gadget yang itu, liburan kesitu dsb. Mohonlah kepada Allah agar dikaruniai sifat qana’ah, mensyukuri apa adanya. Itu adalah kunci kebahagiaan. Dengannya kita legowo menerima keadaan kita per saat ini. Lalu jelanglah kunci-kunci rezeki yang baik dengan taqwa.

Rasulullah saw bersabda, “Wahai manusia, bertakwalah kepada Allah. Carilah (rizki) dengan cara yang baik. Maka sesungguhnya manusia itu tidak akan mati hingga rizkinya terpenuhi. Maka bertakwalah kepada Allah. Carilah (rizki) dengan cara yang baik. Ambillah yang halal, tinggalkan yang haram.” (HR. Ibnu Majah)



No comments:

Post a Comment