Allah Ta’ala memperkenalkan
diri-Nya sebagai Ar Rahman Ar Rahiim.
Perhatikan QS Al Fatihah [1]:1
Bismillahirrahmaanirrahiim
Dengan asma Allah Ar Rahman Ar
Rahiim.
Dari sekian banyak asma-Nya, dua
asma itu yang Dia tonjolkan yang menjadi wajah utama yang ingin Dia
perkenalkan.
Akar kata rahima-yarhamu-rahmat
dalam Al Quran diulang sebanyak 338 kali. Ibnu Faris dalam Al-Maqyis
menyebutkan bahwa kata yang terdiri dari huruf ra-ha-mim, pada dasarnya menunjuk kepada arti:
“kelembutan hati”, “belas kasih” dan “kehalusan”. Dari akar kata ini lahir “rahima”
yang memiliki arti “ikatan darah, persaudaraan atau hubungan kerabat.” Seorang
waliyullah menjelaskan dengan gamblang tentang arti “ rahmat” adalah sebuah “ pertolongan Allah”
Mari coba renungkan, “pertolongan” dan “belas kasih” hanya akan termanifestasi
dalam keadaan dimana ada sesuatu obyek yang ditolong dan perlu diberi kasih. Dengan kata lain, situasi yang memungkinkan
asma itu termanifestasi pastilah dalam keadaan yang sulit, remuk hatinya,
sedih, dalam kesempitan, dilanda kebingungan dsb.
Inilah takdir kehidupan. Suatu pagelaran
lembar yang menjabarkan siapa Dia melalui sebuah panggung empat dimensi yang
canggih. Setiap orang terlahir dengan takdirnya masing-masing, sebuah jalan
yang Allah desain khusus bagi setiap jiwa.
Bahwa hidup akan penuh dengan
suka-cita, tawa dan sedih, sehat dan sakit, lapang dan sempit, iya demikianlah
yang terjadi. Semua niscaya dipertukarkan dalam ritme yang telah Dia tetapkan.
Agar manusia tidak patah arang jika terlalu lama dalam kesulitan dan juga tak
terlena jika terbuai dalam kelapangan dan kesenangan hidup.
Maka jangan tertipu oleh ilusi
ingin hidup jauh dari ujian. Itu tanda jiwa yang lemah.
Jangan juga terberangus oleh
pikiran bahwa tidak ada lagi harapan dari dosa yang telah menumpuk sekian banyak
dan kesempitan hidup yang tak jua menemukan titik terang Itu tanda jiwa yang
kufur.
Terima manis dan pahitnya
kehidupan, keduanya adalah obat yang sangat menyehatkan jiwa.
Jangan kaget ketika masa sulit
datang. Sebutlah, “ Alhamdulillah”
Jangan juga terhanyut oleh
kemudahan kehidupan, semua baik-baik saja, dibuat rajin shalat, rajin mengaji, hingga
timbul waham “ aku orang yang sudah shalih dan baik”. Naudzubillah. Itu
mendekati ujung jurang kejatuhan. Seperti halnya yang terjadi pada iblis.
Persembahkan selalu hati yang
senantiasa fakir. Karena memang kita fakir. Makhluk yang senantiasa membutuhkan
pertolongan-Nya, pemeliharaan-Nya, penjagaan-Nya dan kasih sayang-Nya.
Justru dengan kefakiran itu kita bisa
merasakan suatu kekuatan dahsyat sebagai insan. Kekuatan yang berasal dari-Nya
yang bisa menegakkan tulang punggung kita yang lelah dan menegakkan kepala yang
tertunduk lesu serta mencerahkan wajah jiwa yang buram karena sekian banyak
masalah kehidupan. Kekuatan dari dalam yang berkata kepada setiap kesulitan
hidup, “ Hei kesulitan hidup, sebesar apapun engkau. Kuasa Tuhanku lebih besar
darimu!”
Dan saksikanlah bagaimana Dia
menurunkan rahmat-Nya!
No comments:
Post a Comment