Thursday, July 25, 2019


Allah Ta’ala memperkenalkan diri-Nya sebagai Ar Rahman Ar Rahiim.

Perhatikan QS Al Fatihah [1]:1

Bismillahirrahmaanirrahiim

Dengan asma Allah Ar Rahman Ar Rahiim.

Dari sekian banyak asma-Nya, dua asma itu yang Dia tonjolkan yang menjadi wajah utama yang ingin Dia perkenalkan.

Akar kata rahima-yarhamu-rahmat dalam Al Quran diulang sebanyak 338 kali. Ibnu Faris dalam Al-Maqyis menyebutkan bahwa kata yang terdiri dari huruf  ra-ha-mim, pada dasarnya menunjuk kepada arti: “kelembutan hati”, “belas kasih” dan “kehalusan”. Dari akar kata ini lahir “rahima” yang memiliki arti “ikatan darah, persaudaraan atau hubungan kerabat.” Seorang waliyullah menjelaskan dengan gamblang tentang arti “ rahmat”  adalah sebuah “ pertolongan Allah”

Mari coba renungkan, “pertolongan”  dan “belas kasih” hanya akan termanifestasi dalam keadaan dimana ada sesuatu obyek yang ditolong dan perlu diberi kasih.  Dengan kata lain, situasi yang memungkinkan asma itu termanifestasi pastilah dalam keadaan yang sulit, remuk hatinya, sedih, dalam kesempitan, dilanda kebingungan dsb.

Inilah takdir kehidupan. Suatu pagelaran lembar yang menjabarkan siapa Dia melalui sebuah panggung empat dimensi yang canggih. Setiap orang terlahir dengan takdirnya masing-masing, sebuah jalan yang Allah desain khusus bagi setiap jiwa.

Bahwa hidup akan penuh dengan suka-cita, tawa dan sedih, sehat dan sakit, lapang dan sempit, iya demikianlah yang terjadi. Semua niscaya dipertukarkan dalam ritme yang telah Dia tetapkan. Agar manusia tidak patah arang jika terlalu lama dalam kesulitan dan juga tak terlena jika terbuai dalam kelapangan dan kesenangan hidup.

Maka jangan tertipu oleh ilusi ingin hidup jauh dari ujian. Itu tanda jiwa yang lemah.

Jangan juga terberangus oleh pikiran bahwa tidak ada lagi harapan dari dosa yang telah menumpuk sekian banyak dan kesempitan hidup yang tak jua menemukan titik terang Itu tanda jiwa yang kufur.

Terima manis dan pahitnya kehidupan, keduanya adalah obat yang sangat menyehatkan jiwa.

Jangan kaget ketika masa sulit datang. Sebutlah, “ Alhamdulillah”

Jangan juga terhanyut oleh kemudahan kehidupan, semua baik-baik saja, dibuat rajin shalat, rajin mengaji, hingga timbul waham “ aku orang yang sudah shalih dan baik”. Naudzubillah. Itu mendekati ujung jurang kejatuhan. Seperti halnya yang terjadi pada iblis.

Persembahkan selalu hati yang senantiasa fakir. Karena memang kita fakir. Makhluk yang senantiasa membutuhkan pertolongan-Nya, pemeliharaan-Nya, penjagaan-Nya dan kasih sayang-Nya.

Justru dengan kefakiran itu kita bisa merasakan suatu kekuatan dahsyat sebagai insan. Kekuatan yang berasal dari-Nya yang bisa menegakkan tulang punggung kita yang lelah dan menegakkan kepala yang tertunduk lesu serta mencerahkan wajah jiwa yang buram karena sekian banyak masalah kehidupan. Kekuatan dari dalam yang berkata kepada setiap kesulitan hidup, “ Hei kesulitan hidup, sebesar apapun engkau. Kuasa Tuhanku lebih besar darimu!”

Dan saksikanlah bagaimana Dia menurunkan rahmat-Nya!

No comments:

Post a Comment