Sunday, July 7, 2019

Legenda tentang adanya sang alkemis telah tercatat mulai sejak abad pertama sebelum masehi. Tentang keberadaan seseorang yang memiliki kemampuan mengubah logam-logam biasa menjadi emas. Legenda itu pun menyebar dari dataran Afrika ke Eropa kemudian ke Asia. Ide bahwa seseorang bisa mengubah hal yang biasa-biasa saja menjadi luar biasa selalu menjadi bahan berita yang menarik dan mengundang decak kagum orang banyak.

Terpancing oleh keuntungan sesaat dengan iming-iming dunia berupa bunga tinggi, keuntungan berlipat ganda dalam sekejap dan berbagai investasi tidak jelas membuat tidak sedikit orang tergoda dan berakhir pahit, karena janji itu tidak benar adanya. Harta yang dikumpulkan susah payah ikut raib bersama sang penipu yang memancing rasa takut seseorang akan hidup kekurangan, rasa tamak, rasa cinta dunia dan sifat terburu-buru meraih untung besar dengan upaya minimal.

Manusia memang lebih banyak tergiur mengejar keuntungan dunia yang nampak, bisa disaksikan dan dibanggakan, pun dipamerkan ke orang banyak. Demi setetes sebuah “ tanda kesuksesan”. Tapi pada kenyataannya tidak semua orang mempunyai modal yang cukup, tidak semua investasi berbuah hasil, tidak semua orang berbakat menjadi pebisnis.
Dalam persepsi suluk, kita semua seharusnya menjadi seorang alkemis. Dengan pertolongan Allah, mengubah hidup kita yang seperti loyang berkarat dan  tampak tak menarik, menjadi emas yang berharga. Namun kuncinya harus ikhlas, lillahi ta’ ala. Tak perlu pengakuan orang lain untuk itu, tidak perlu sepakat dengan kebanyakan orang. Langkah pertama adalah dengan sebuah PENERIMAAN. Katakan kepada diri sendiri dengan disaksikan oleh Tuhan semesta alam. “ Ini hidupku, ini tubuhku, ini anakku, ini rumahku, ini pekerjaanku, ini pasanganku, ini orang tuaku, walaupun orang mencibir tapi Engkau Tuhan yang mengirimkan semua itu kepadaku, bukan yang lain. Maka aku terima dengan sebuah ketakziman dan pengagungan. Karena sungguh apapun yang Kau cipta tidak ada suatu keburukan pun di dalamnya.” 

Inilah 'mantra' yang bisa mengubah loyang menjadi emas. Bisa mengubah kehidupan yang biasa-biasa saja menjadi memuaskan. Bisa mengubah situasi sempit menjadi lapang. Bisa mengubah hati yang rendah diri menjadi berbesar hati. Dengannya, kehidupanpun akan berubah. Barangkali secara fisik orang tidak banyak melihat perubahan. Masih tinggal di rumah yang itu, masih mengendarai kendaraan yang itu, masih memiliki mata pencaharian yang itu. Tapi dirinya bisa menjadi saksi manakala ia menjalani itu semua dengan sebuah kebersyukuran, maka keberkahan dari-Nya akan dirasakan. Kedamaian hati, ketenangan, taufiq, hidayah, kesabaran, dan sekian banyak kualitas hati yang bernilai jauh lebih tinggi bahkan dari segenap logam mulia yang ada di dalam bumi ini. Itulah sang alkemis yang sejati.



No comments:

Post a Comment