Taqwa itu paling sulit diukur. Seseorang bisa mengklaim atau merasa dirinya taqwa. Tapi Allah Yang Maha Tahu berapa kadar ketaqwaan dia sebenarnya.
Taqwa ini sebuah kata yang kerap kita dengar sejak kecil, namun apa hakikat dia sebenarnya tidak banyak orang yang berminat menggalinya dengan sungguh-sungguh. Padahal kita sebagai manusia yang dhaif (lemah) sangat butuh mengetahui apakah kita sudah bertaqwa atau belum, serta sejauh mana kualitas taqwa kita.
Jika tidak, kita hanya akan berputar pada masalah yang itu-itu saja dalam kehidupan. Sudah merasa berdoa lama tapi tidak dikabulkan. Padahal Allah Ta’ ala sudah memberikan kuncinya, berupa taqwa.
“Dan barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan jalan keluar baginya. Dan Dia akan memberi rizki kepadanya dari arah yang tidak dia sangka-sangka.” (at-Tholaq: 2)
Ukuran taqwa yang paling sederhana sebenarnya dilihat dari derajat tawakal kita. Sejauh mana kita bersandar kepada Allah.
Jika masih mudah tersinggung oleh apa kata orang lain, barangkali hati kita masih lebih bersandar pada apa kata orang dibanding apa keinginan Allah.
Jika masih gelagapan saat uang habis sedangkan kebutuhan hidup banyak, barangkali hati kita masih cenderung bersandar pada tabungan, gaji dan pertolongan manusia dibanding menyandarkan diri kepada Dia Yang Maha Pemberi rezeki.
Jika masih merasa sedih dan kecil hati dengan keadaan hari ini dalam beribadah kepada-Nya dengan terselip keluhan yang halus dengan kondisi dan segala kerepotan yang ada, barangkali kita terlampau menyandarkan diri kepada amal ibadah dalam berjalan kepada-Nya.
Dengan demikian, diturunkannya sekian banyak persoalan hidup, kesempitan mencari rezeki, kesulitan dalam rumah tangga, kerepotan dalam mengurus anak, tubuh yang lemah karena sakit dan semuanya adalah sebuah pertolongan dari Allah Ta’ ala agar kita bisa melihat bagaimana respon hati kita dalam menjelang semua itu.
Karena sungguh Allah Ta’ ala adalah Dzat yang tidak pernah menzalimi segenap ciptaan-Nya, tapi kadang sesuatu harus dilaksanakan walaupun itu terasa pahit bagi si hamba akan tetapi tersimpan banyak kebaikan dibalik ujian itu. Agar kita tidak terlena dalam kehidupan. Merasa baik tapi isi hati masih penuh kejahatan yang kemudian akan Nampak jelas di alam barzakh dan alam berikutnya.
Na’udzubillahimindzaalik…
No comments:
Post a Comment