Mengeluhkan keadaan diri serta
tidak menerima takdir kehidupan adalah hal-hal yang berlawanan dengan sifat
ubudiyah. Mentalitas seperti itu menunjukkan dia belum menjadi seorang abid
(hamba) sejati, dan cenderung ingin bermain menjadi Tuhan (playing God). Merasa
opsi kehidupan yang ada di benaknya adalah yang lebih baik.
Ia lupa bahwa yang memporsi
setiap persoalan adalah Allah. Jika Allah tidak mengizinkan tidak akan mungkin
seekor nyamuk pun bisa hinggap dan menggigitnya.
Kalau ada orang yang diizinkan menyakiti
kita, menipu kita, bersifat kasar kepada kita, membicarakan keburukan kita, menghubungi
dan mengetuk pintu kita semua bisa terjadi hanya jika Allah menghendaki itu
terjadi. Jika sesuatu Allah izinkan terjadi maka sebetulnya ada hikmah dan
segudang kebaikan yang harus kita gali. Karena tidak mungkin Allah Yang Maha
Ilmu merancang sesuatu kejadian sekecil apapun itu tanpa sebuah tujuan di
dalamnya.
Artinya, jika semua perkara Allah
yang menentukan. Tugas utama kita sebelum disibukkan dengan mencari solusi,
membuat persiapan dan memikirkan penyelesaian ihwal masalah yang ada, adalah
terlebih dulu bertanya kepada Allah tentang mengapa Ia mengizinkan semua itu
terjadi? Mohonlah tuntunan-Nya agar Dia berkenan memberi petunjuk kepada hati. Nanti
perlahan-lahan akal hati akan bertambah kemampuannya untuk mencerna, membaca
serta memahami setiap pergerakan kehidupan. Sampai kepada sebuah titik dimana
seseorang berkata dengan sungguh-sungguh,
Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan
ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, peliharalah kami dari siksa neraka.. (QS Ali Imran (3) : 191)
No comments:
Post a Comment