Tuesday, July 9, 2019


Perempuan itu terlihat lelah, pakaiannya kusut, matanya sayu dan tampak lingkaran hitam di sekitar matanya tanda ia kurang tidur. Di pangkuannya tertidur seorang bayi yang baru berusia tiga bulan. Tangan lain sibuk memegang buah yang dia suapkan untuk anak yang berusia dua tahun. Dua anak lain usia empat dan lima tahun tengah bermain di hadapannya.

Empat balita, pekerjaan rumah tangga yang tak ada habis-habisnya dan satu suami yang berperilaku kasar dan tak tahu terima kasih adalah bagian dari kehidupannya saat ini. Kerap ia tertidur kelelahan saat tengah mengasuh anak-anak. Tak jarang ia memanjangkan sujud dalam shalat yang kerap diinterupsi oleh tangisan bayi dan panggilan anaknya yang lain itu. Baginya shalat dan dzikir adalah hal yang bisa menjaga dirinya agar tidak gila. Saat semua keadaan di sekitarnya seolah selalu menyerap setiap benang tenaga, waktu dan perhatiannya.

Benarlah kiranya, ibu adalah pilar dari rumah tangga. Perjuangan sang perempuan itu membuat rumah tangga itu bertahan selama ini. Walaupun ia mengakui tidak ada minggu berlalu kecuali ia berpikir untuk keluar dari ikatan pernikahan ini. Membebaskan diri dari lelaki yang kasar dan tak tahu berterima kasih itu. Kekesalan kerap demikian membuncah di hatinya karena marah dengan perilaku suaminya. Tak jarang anak-anak yang menjadi korbannya. Mereka, makhluk yang tak bersalah itu…

Hingga suatu titik dalam lelap ia tertidur di saat jelang siang hari, ia bermimpi bertemu dengan seorang sosok yang menyenangkan hati. Sosok itu berkata, “Ketahuilah bahwa Allah menghargai dan mengetahui setiap perjuanganmu. Di setiap upayamu yang sepi dari pujian dan perhatian manusia, Allah tahu. Bahkan amal-amalmu yang sepi dari perhatian orang itu justru adalah amal-amal yang aman dari riya. Engkau mungkin merasa bahwa hidupmu dalam jurang yang dalam dengan harus menanggung semua kesedihan ini. Tapi yakinlah, ini justru cara Allah mengangkat derajatmu di kehidupan yang selanjutnya. Bersabarlah, inipun akan berlalu…”

Perempuan itu terbangun dalam derai air mata. Bulir air yang menghangatkan jiwa. Sungguh indah cara Allah menghibur dan mengangkat hamba yang ikhlas mencari-Nya. Karena perbuatan apapun yang dipanjatkan untukNya semata tidak akan menuai kesedihan setitikpun.[]

No comments:

Post a Comment