Perempuan itu terlihat lelah, pakaiannya kusut, matanya sayu
dan tampak lingkaran hitam di sekitar matanya tanda ia kurang tidur. Di
pangkuannya tertidur seorang bayi yang baru berusia tiga bulan. Tangan lain
sibuk memegang buah yang dia suapkan untuk anak yang berusia dua tahun. Dua
anak lain usia empat dan lima tahun tengah bermain di hadapannya.
Empat balita, pekerjaan rumah tangga yang tak ada habis-habisnya
dan satu suami yang berperilaku kasar dan tak tahu terima kasih adalah bagian
dari kehidupannya saat ini. Kerap ia tertidur kelelahan saat tengah mengasuh
anak-anak. Tak jarang ia memanjangkan sujud dalam shalat yang kerap diinterupsi
oleh tangisan bayi dan panggilan anaknya yang lain itu. Baginya shalat dan dzikir
adalah hal yang bisa menjaga dirinya agar tidak gila. Saat semua keadaan di
sekitarnya seolah selalu menyerap setiap benang tenaga, waktu dan perhatiannya.
Benarlah kiranya, ibu adalah pilar dari rumah tangga.
Perjuangan sang perempuan itu membuat rumah tangga itu bertahan selama ini.
Walaupun ia mengakui tidak ada minggu berlalu kecuali ia berpikir untuk keluar
dari ikatan pernikahan ini. Membebaskan diri dari lelaki yang kasar dan tak
tahu berterima kasih itu. Kekesalan kerap demikian membuncah di hatinya karena
marah dengan perilaku suaminya. Tak jarang anak-anak yang menjadi korbannya.
Mereka, makhluk yang tak bersalah itu…
Hingga suatu titik dalam lelap ia tertidur di saat jelang
siang hari, ia bermimpi bertemu dengan seorang sosok yang menyenangkan hati.
Sosok itu berkata, “Ketahuilah bahwa Allah menghargai dan mengetahui setiap
perjuanganmu. Di setiap upayamu yang sepi dari pujian dan perhatian manusia,
Allah tahu. Bahkan amal-amalmu yang sepi dari perhatian orang itu justru adalah
amal-amal yang aman dari riya. Engkau mungkin merasa bahwa hidupmu dalam jurang
yang dalam dengan harus menanggung semua kesedihan ini. Tapi yakinlah, ini
justru cara Allah mengangkat derajatmu di kehidupan yang selanjutnya.
Bersabarlah, inipun akan berlalu…”
Perempuan itu terbangun dalam derai air mata. Bulir air yang
menghangatkan jiwa. Sungguh indah cara Allah menghibur dan mengangkat hamba
yang ikhlas mencari-Nya. Karena perbuatan apapun yang dipanjatkan untukNya
semata tidak akan menuai kesedihan setitikpun.[]
No comments:
Post a Comment