Salah satu perbedaan mendasar antara manusia dan makhluk lainnya adalah kemampuannya memaknai kehidupan.
Setiap orang sebenarnya punya kebutuhan besar untuk bisa menyerap makna di balik semua penggal kehidupannya. Kenapa ia dilahirkan di keluarga yang itu, kenapa ia terlahir dalam tubuh yang itu, kenapa ia berwajah seperti itu, kenapa ia mengalami ini itu, kenapa kadar rezekinya demikian, kenapa berjodoh dengan yang itu, dsb.
Perputaran dunia ini didasari oleh sebuah niatan Dia yang ingin memperkenalkan Dirinya. Allah berfirman dalam hadits qudsiy: “Aku adalah khazanah yang tersembunyi (kanzun makhfiy). Aku rindu untuk dikenal. Karena itu Aku ciptakan makhluk supaya Aku diketahui.” Dan entitas dalam diri manusia yang berkapasitas menangkap pengetahuan yang Maha Luas itu adalah qalb bukan sekitar 100 milyar sel yang membentuk otak manusia yang sangat terbatas kapasitasnya.
Itulah mengapa penting untuk mengaktifkan hati, merawatnya dan tidak melumpuhkannya dengan hidup seenaknya tanpa bimbingan Sang Pencipta. Karena dengan hati (qalb) yang hidup manusia mulai bisa menyatukan keping-keping puzzle yang berserak dalam hidupnya dan mulai melihat bahwa semua yang ia alami dan ia dapatkan sungguh membentuk suatu gambar yang luar biasa. Dengan hati yang hidup seseorang mulai bisa bangkit dari keterpurukan kegelisahan hidup, keluar dari dominasi syahwat dan hawa nafsunya dan jiwanya mulai bangkit untuk menghirup udara kebebasan.
Setiap manusia adalah mulia, tidak ada manusia kelas dua di mata-Nya, semuanya begitu berharga karena kapasitas qalb yang dimilikinya masing-masing. Kaya dan miskin; laki-laki dan perempuan; atasan dan bawahan; pejabat dan rakyat; pembicara dan pendengar; guru dan murid itu semua hanya masalah peran yang harus dilakukan. Adapun yang membuat seseorang tinggi derajatnya di mata Tuhannya hanya ketaqwaan dalam hatinya. Demikian pun takdir kehidupan yang melingkupinya. Semuanya terjadi persis dalam takaran dan rancangan-Nya semata. Tidak ada satu pun penggal hidup seorang manusia sehancur apapun kelihatannya merupakan sebuah produk gagal. Itu hanya ungkapan fatalis manusia yang belum bisa menjangkau hikmah agung yang ada di dalamnya. Allah itu Maha Kasih, yang tidak mungkin menzalimi hamba-Nya. Setiap kejadian adalah sesuatu yang Dia ciptakan khusus dengan cinta. Kehidupan kita begitu berharga, kalau bukan kita sendiri yang bangga dengannya, lantas siapa lagi?
No comments:
Post a Comment