Hal yang paling efektif menyesatkan manusia adalah dengan membujuknya menggunakan sesuatu yang sesuai dengan alam hawa nafsu dan syahwatnya masing-masing.
- Setan Terkutuk
Rasulullah saw pernah membuat sebuah garis lurus di hadapan para sahabat, lalu bersabda, "ini adalah jalan Allah,"kemudian beliau membuat garis lain pada sisi kiri dan kanan garis tersebut lalu bersabda, "Ini adalah jalan-jalan (yang banyak). Pada setiap jalan ada setan yang mengajak kepada jalan lain itu."Kemudian beliau membaca, "Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah shiraathal mustaqiim, maka ikutilah dia dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalanNya"(QS Al An'am:153). Hadits tersebut diriwayatkan oleh Abdullah bin Mas'ud ra.
Implikasi dari sebuah ketersesatan yang nyata adalah saat manusia mengeluh dan tidak menerima takdir kehidupannya karena merasa skenarionya, rancangan yang dihembuskan oleh setan dalam dirinya lebih baik dari apa-apa yang Allah tetapkan.
Manusia akan selalu berjuang untuk menahan tarikan dari empat penjuru hidupnya agar bisa berpijak dengan kokoh di tempat pijakannya masing-masing dan berkata dengan kesadaran penuh "ini yang terbaik dariNya, ini kondisi yang terbaik dariNya, episode ini yang terbaik dariNya."
Kebanyakan orang terseret dengan tarikan dari depan berupa ketakutan akan masa depan dirinya, khawatir dengan masa depan anaknya, takut tidak dapat jodoh, takut rezeki tidak cukup dsb;
Tarikan dari belakang yang menghembuskan pikiran seperti "kamu orang yang terlanjur berdosa, hidupmu kelam sudah tidak ada harapan" juga hantu-hantu masa lalu seperti dendam dan amarah yang seolah tak ada ujungnya;
Tarikan dari sebelah kiri yang memoles dosa dan kegiatan yang tidak Allah sukai dengan segala dalil dan argumen yang nampak solid dan dapat diterima.
Dan yang tak kalah menghanyutkan adalah tarikan dari kanan yaitu ajakan kepada sesuatu amalan yang tampak baik tapi tidak haq untuknya karena bercampur syahwat dan hawa nafsu.
Yang mengerikan adalah sedemikian canggih dan halusnya ketergelinciran dalam kesesatan ini sedemikian rupa hingga manusia tidak sadar bahwa dirinya sesat. Ia akan memandang perbuatannya sebagai sesuatu yang terpuji, "Maka apakah orang yang dijadikan (syaitan) menganggap baik pekerjaannya yang buruk lalu dia meyakini pekerjaan itu baik, (sama dengan orang yang tidak ditipu oleh syaitan)?"(QS Faathir:8)
Orang paling tidak suka kalau dikatakan dirinya sesat, alih-alih bertafakur untuk melihat apakah benar ada kesesatan dalam dirinya ia akan sekonyong-konyong menyerang sang penyeru yang berusaha menunjukkan kondisi kesesatannya.
Maka kaidah dalam memberi peringatan adalah, "Sesungguhnya kamu hanya memberi peringatan kepada orang-orang yang mau mengikuti peringatan dan yang takut kepada Tuhan Yang Maha Pemurah walaupun dia tidak melihatnya. Maka berilah mereka kabar gembira dengan ampunan dan pahala yang mulia."(QS Yasiin:11). Kita tidak bisa memberi peringatan kepada orang yang masih tertidur dan tenggelam dalam jerat dunia, karena setiap orang memiliki ritme dan tempo kehidupannya masing-masing yang semuanya berada dalam genggaman Allah Yang Maha Ilmu.
Peribahasa mengatakan, "Gajah di pelupuk mata tak nampak, semut di seberang lautan tampak." Salah satu hal yang paling sulit memang meneropong kondisi diri sendiri karena lebih mudah menganalisa dan bahkan menghukumi orang lain. Padahal setiap fenomena, setiap perlakuan orang justru merupakan cermin tiga dimensi super canggih yang memperlihatkan kondisi hati masing-masing per saat itu.
Allah Yang Maha Kasih senantiasa menginginkan yang terbaik bagi hamba-hambaNya, Ia tidak ingin hambaNya terkatung-katung di dunia dalam kesesatan yang membawa kerugian bagi dirinya.
"Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?
Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka telah berbuat sebaik-baiknya."(QS Al Kahfi: 103-104)
Untuk kebaikan sang hamba maka Allah terpaksa menurunkan mekanisme ujian untuk menunjukkan kualitas hati seseorang per saat itu. Allahmu menguji engkau untuk mengetahui apa yang ada dalam hatimu, yakni, apakah engkau berpegang pada perintah-Nya atau tidak.(Ulangan 8:2)
No comments:
Post a Comment