Seseorang dilanda kekhawatiran, kegelisahan dan kesedihan hidup karena salah menyandarkan diri. Manakala ia menyerahkan pengaturan kepada 'tuhan-tuhan' lain maka tinggal tunggu saat kehancurannya. Seorang istri yang terlampau cinta dan mengidentifikasi dirinya kepada suami akan teruji oleh keterpisahan yang niscaya terjadi, orang tua yang terlalu menyimpan harapan kepada anaknya akan termakan oleh asanya sendiri, seorang yang kerja keras mengejar karir akan tergerus oleh dunianya sendiri. Natur samudera dunia hanya akan menenggelamkan mereka yang mencarinya semata.
Adapun yang bisa merapikan kehidupan manusia adalah Rabb, Sang Pencipta. “Barangsiapa membereskan hubungan antara dirinya dengan Allah, niscaya Allah akan membereskan hubungan antara dia dan manusia semuanya."pesan Ali bin Abi Thalib ra.
Begitu halus memang pergeseran orientasi hati dan kebersandaran dia kepada selain-Nya dan demikian genting perihal penghadapan wajah hati ini hingga dalam sehari minimal lima kali seorang hamba diajak melakukan kalibrasi diri. Seiring dengan dihadapkan wajah ragawi ke arah ka'bah sepatutnya hati yang di dalam diri juga menghadapkan sepenuhnya kepada Allah Ta'ala, Sang Pemelihara semesta yang tidak pernah mengecewakan.
(Adaptasi dari pengajian kelas pembekalan yang disampaikan oleh Mursyid Zamzam AJT, 5 Agustus 2017)
No comments:
Post a Comment