Tuesday, August 15, 2017

Membaca Tetes Hujan

Hujan selalu membawa kesegaran tersendiri. Tidak heran jika Rasulullah diriwayatkan pada satu waktu merayakan kehadiran hujan dengan berlari keluar dan merangkul kedatangan titik demi titik air dari langit dengan suka cita.

Diriwayatkan pula bahwa setiap tetes air hujan dibawa oleh satu malaikat untuk diletakkan di titik tertentu di muka bumi. Ada yang dijatuhkan di atap gedung, ada yang membasahi tanah, ada yang menempel di bunga dan dedaunan. Setiap hal diatur secara detil dalam pengaturan-Nya Yang Maha Ilmu.

Setiap kejadian yang hadir dan menimpa manusia pasti tidak akan mewujud tanpa kehendak dan dalam pengetahuan-Nya. Dia Yang tahu setiap daun yang berguguran di kedalaman hutan rimba yang bahkan manusia belum pernah menjejakkan kaki kesana *.

Kesadaran bahwa sesuatu itu ada yang mengatur sebetulnya membuat kita lebih ringan menjalani kehidupan. Jika hidup masih dirasa berat tanda memang kita belum sepenuhnya menitipkan persoalan dan menggantungkan harapan kepada Allah.

Kalau alam raya diatur sedemikian rupa dengan rapih apalagi manusia sebagai ciptaan yang memiliki potensi pengenalan kepada-Nya yang paling tinggi. Seekor burung saja dijamin makannya, "mereka pergi di pagi hari dalam keadaan lapar dan pulang di sore hari dalam keadaan kenyang." Maka manusia juga telah disiapkan kantung-kantung rezeki yang harus dijelangnya. Pada awal waktu memang manusia akan didatangkan rezekinya, seperti bayi yang diberi asi dan makanan oleh orang tuanya. Namun makin ia beranjak dewasa kompleksitas kehidupan mulai ditingkatkan, mulai harus menyiapkan makanannya sendiri, lalu mulai harus bekerja untuk mencari nafkah. Akan tetapi pada prinsipnya, "manusia selalu punya asi asal jiwanya bersih", demikian pesan sang mursyid. Sebagaimana bayi terjamin rezeki karena kejernihan jiwanya. Kuncinya iman dan amal saleh, maka PASTI dijamin penghidupan yang baik (hayatan thayyiban), rezeki yang membawa kedamaian di hati dan keberuntungan di dunia dan akhirat. Insya Allah.

*" dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula)...." (al-An'aam: 59)

"... Allah mengatur urusan (makhluk-Nya)." (ar-Ra'd: 2)

Rezeki itu ada dua macam. Rezeki yang umum, yaitu yang telah ditetapkan kadarnya dan tercatat ketika janin berusia 120 hari dalam kandungan dan ada rezeki khusus, yaitu yang berfungsi untuk menegakkan agamanya (ad diin). Almarhum mursyid pernah berkata bahwa sebagian besar manusia ketika meninggal kantung rezeki khususnya ini masih kosong. Artinya ia sekadar numpang lewat menjalani takdir kehidupan tanpa meraup ilmu pengetahuan tentangNya dan membangun struktur ad diin dalam dirinya.

Oleh karena itu seorang muslim diajarkan untuk memohon `ihdinashiraathal mustaqiim´ agar diberi petunjuk kepada shiraathal mustaqiim yang terbentang di depannya dan tidak lalai dengan pagelaran berita besar (an nabaa) ini. Seperti hal jatuhnya sebutir air hujan di tempat tertentu. Ada hikmah dalam segala hal yang terjadi, karena semuanya dikirim dari Dia sang Khanzun Mahfiy, yang rindu untuk dikenal...



No comments:

Post a Comment