Salah satu karakter yang menonjol dari seorang muslim adalah mengorbankan dirinya dan mendahulukan orang lain. Pernah ada sebuah kisah dari Abu Hasan Al Anthaaki yang dikutip oleh Imam Al Ghazali dalam Ihya ´Ulumuddin tentang sekelompok orang yang berada di sebuah desa Ar Rayyi di Iran. Malam itu mereka hanya memiliki beberapa potong roti yang tidak cukup untuk mengenyangkan perut mereka semua.
Lantas apa yang mereka lakukan untuk mensiasati situasi tersebut?
Setiap roti yang ada lalu dipotong kecil-kecil dan lampu dipadamkan setelah masing-masing duduk berkeliling dan siap menyantap makanan yang ada. Beberapa saat berlalu ketika tempat-tempat makanan hendak diambil dan lampu dinyalakan kembali ternyata roti-roti itu utuh seperti semula karena setiap orang berharap roti yang ada dimakan oleh saudaranya, sedemikian rupa karena mereka lebih mendahulukan kepentingan orang lain dibanding diri sendiri.
Dalam keseharian banyak ladang amal yang Allah Ta´ala bentangkan untuk melatih seseorang memiliki akhlak mulia mendahulukan kepentingan orang lain ini, pastinya tidak mudah namanya juga harus menundukkan hawa nafsu. Misal memberi kesempatan orang yang menyeberang untuk berhenti beberapa detik saja ditengah deru kesibukan hidupan, memberi ruang untuk pasangan untuk sekadar istirahat dan kita ambil alih pekerjaan rumah, mengambil tanggung jawab piket di pekerjaan atau dalam lingkungan tetangga walau harus menerjang rasa malas hingga kita tidak melulu kebagian jadwal yang paling enak. Salah seorang sahabat punya kebiasaan luar biasa kalau belanja di pasar dia tidak hanya pilih buah atau sayuran yang segar tapi juga yang layu dia ambil dengan dalih meringankan beban pedagang sayur supaya tidak terbuang percuma dagangannya. Subhanallah...
Rasulullah saw pun demikian mendahulukan kepentingan orang lain dalam bermuamalah. Pernah satu hari seseorang berjanji untuk bertemu Rasulullah saw di tempat tertentu. Entah kenapa orang yang berjanji dengan Rasulullah ini berhalangan hadir, lalu apa yang dilakukan Rasulullah ? Beliau menunggu tiga hari lamanya hingga orang itu datang, dan setelah tiga hari bertemu bukan amarah yang diekspresikan akan tetapi Rasulullah bertanya "Kemana saja engkau wahai fulan, sungguh aku mengkhawatirkan keadaan dirimu" Rupanya beliau lebih mengkhawatirkan orang lain dibanding perasaannya yang kesal karena menunggu lama...Duh ya mustafa....betapa indah akhlakmu.
"Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah, dan Allah Maha Penyantun kepada hambaNya." (QS Al Baqarah 207)
No comments:
Post a Comment