Wednesday, August 2, 2017

Beri Makan Dulu Kucingmu!

Beberapa kawan ada yang bertanya kepada saya bagaimana bisa mengurus dua balita sambil menulis dan menerjemah kitab yang tidak mudah. Jawabnya singkat, tidak tahu. Semua berkat rahmat dan berkat Allah semata. Namun kalau bercermin kembali ke belakang, setiap inspirasi kebanyakan hadir setelah raga dibawa lelah berjibaku dan ´mengolah ladang´ di setiap penggal waktu yang Dia berikan. Dalam kondisi saya, ladangnya adalah mengurus anak dan rumah tangga dari A sampai Z. Jadi, prinsipnya bereskan dulu amanah sosial yang ada lalu lanjut kepada tugas pribadi. Saya pernah coba urutan yang terbalik, pagi hari ´memaksakan´diri menulis dengan kondisi cucian masih berantakan dan anak makan seadanya, inspirasi mandeg. Juga pernah berinovasi menyewa ´nanny´ untuk jaga anak-anak dengan niat berkutat di perpustakaan dan mengejar proyek terjemahan. Namun walhasil beberapa jam di perpustakaan pikiran saya liar dengan ide ini dan itu jadi malah tidak efektif. Rupanya dalam kasus saya, bersusah payah mengurus anak-anak dan rumah tangga itu menjadi prasyarat agar bisa lancar menulis, terbukti kerap kali ide tulisan dan terjemahan muncul begitu saja manakala saya di tengah-tengah sibuk mencuci piring atau menggantung cucian. Suatu inspirasi yang jelas adanya, saya tahu pembukaannya, tahu tulisan tengah dan akhir tulisan. It´s pretty much like a painting in the mind of a painter before he or she put it on a canvas.
Jadi teringat kisah almarhum mursyid dulu yang sebelum melakukan ibadah malam terlebih dulu memberi makan kucingnya, karena kalau sang kucing kelaparan akan terus mengeong dan mengganggu kekhusyuan ibadah. Nah, masing-masing kita diamanahkan ´kucing´nya masing-masing yang harus diurus. Bisa jadi harus mengantar orang tua berobat, mengajari anak belajar, menemani mereka bermain, membantu istri mengerjakan pekerjaan rumah di semua hal yang nampaknya ´remeh-temeh´ dan biasa banget sebetulnya menyimpan sebuah daya kontraksi luar biasa yang apabila kita mengabaikannya sang janin anugerah Ilahiyah tidak akan dapat dilahirkan. Wallahua´lam.

No comments:

Post a Comment