Perbudakan Zaman Ini
Ternyata isu perbudakan masih merupakan hal yang relevan di saat ini.
Memang fenomenanya bukan berwujud orang yang dirantai dengan belenggu besi dan dipaksa mengerjakan hal yang diinginkan oleh yang memperbudak. Belenggu perbudakan zaman sekarang lebih canggih, ia tak nampak tapi mengikat dengan sangat kuat. Kasat mata, sehingga yang diperbudak pun tidak sadar bahwa dirinya tengah diperbudak.
Belenggu-belenggu itu bisa berupa keinginan-keinginan yang melampaui kapasitas dirinya. Sedemikian rupa sehingga ia memaksakan diri menjadi seperti apa yang dia inginkan, walaupun harus menjalani kehidupan dengan berjinjit atau memakai topeng agar dianggap hebat oleh manusia.
Belenggu itu bisa berupa harapan-harapan yang tak pada tempatnya dari keluarga atau orang sekitarnya yang dia pandang begitu penting pendapatnya. Sedemikian rupa hingga mempengaruhi keputusannya dalam mencari jodoh, memilih jurusan kuliah, atau menetapkan pekerjaan tertentu.
Belenggu itu bisa berupa kejadian-kejadian di masa lalu yang suram yang belum tuntas diproses dengan tuntunan Allah. Sedemikian rupa hingga mewarnai karakter dirinya.
Manusia ternyata banyak yang tidak merdeka. Diperbudak oleh sekian rantai persoalan. Lupa bahwa mereka punya Tuhan. Lalai merenungi bahwa setiap hal yang menimpa dirinya betul-betul hanya dari Allah Ta'ala. Dzat yang tidak pernah menzalimi ciptaan-Nya bahkan sebutir atom pun.
Siang malam manusia hanya bertarung dan disibukkan dengan fenomena lahiriyah dan menghabiskan energi, kapasitas dan sisa usianya untuk membangun istana pasir di tepi pantai. Hanya menunggu waktu ia hilang dihempas oleh ombak kematian.
Manusia menjadi terbelenggu di dunia. Lupa atas kapasitas dirinya yang berpotensi sebagai insan kamil, manusia sempurna yang memiliki raga, jiwa dan ruh. Yang dengannya ia mestinya bisa menjadi orang yang merdeka. Terbang tinggi ke alam keabadian melalui apapun anak tangga di bumi dimana dia ditempatkan.
"Engkau punya sepasang sayap (jiwa) untuk terbang, mengapa memilih untuk merangkak?" - Jalaluddin Rumi