Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.
(QS Al Maidah:6)
(QS Al Maidah:6)
Apa hubungan antara air yang digunakan untuk taharah (bersuci) dengan debu yang digunakan untuk bertayammum?
Ibnu Arabi menjelaskan bahwa ada dua jalan untuk memurnikan diri sebagai syarat untuk bisa beraudiensi dengan Dzat Yang Maha Suci dalam sholat. Jalan yang pertama adalah melalui air yang merupakan perlambang dari ilmu-ilmu tentang Allah dan jalan kedua adalah melalui debu yang mengingatkan dari mana kita datang.
"Kamu berasal dari debu dan akan kembali menjadi debu" (Kitab Kejadian 3:19)
Dengan kata lain, kalaupun seseorang belum memiliki ilmu yang cukup dalam bermakrifat kepada-Nya, jalan lain adalah dengan merendahkan diri dalam taqlid. Ikuti rambu-rambu perintah dan larangan-Nya serta yang telah dianjurkan oleh rasul-rasul-Nya. Sebagaimana debu adalah elemen dari tanah, ia merupakan tempat kaki berpijak. Di dalam kuasa takdir-Nya manusia adalah debu-debu yang fakir.
(Adaptasi dari tulisan Erik Winkel berjudul "Ibn 'Arabi's FIqh: Three Cases from the Futuhat". Journal of the Ibn 'Arabi Society, vol XIII, 1993)
No comments:
Post a Comment