"Aku sudah bosan hidup susah seperti ini, bosan berdoa sama Tuhan dan bosan berharap, i'm done!" sungutnya sambil menghempaskan badan ke atas sofa.
Istrinya yang sudah hafal betul tabiat suaminya tetap tenang sambil menyiapkan kopi susu kesukaannya. Sudah berbulan-bulan ini usaha sang suami sedang sulit, orderan sepi dan harga-harga merangkak naik. Sementara si sulung tahun depan mulai kuliah dan anak kedua baru diterima di SMA unggulan, semua butuh biaya yang tidak sedikit. Belum lagi ibunya yang sudah menderita stroke bertahun-tahun membutuhkan perhatian tidak hanya waktu dan biaya tapi juga secara emosi. Yah, inilah kehidupan, hanya pemberani yang gigih menghadapi satu demi satu tantangan dengan sabar.
"Ini sayang, kopi susu kesukaanmu, semoga bisa membantu melepas lelah." bisik sang istri sambil meletakkan gelas dekat dengan suaminya yang masih bersimbah peluh sepulang menerjang kemacetan menyusuri jalanan ibukota menjajakan dagangannya dari satu kantor ke kantor lain.
"Ayah ini lucu.." ujar sang istri memecah keheningan sambil menjulurkan tangannya untuk memijit kaki suaminya.
"Lucu? Maksud ibu apa?" sang suami bangkit mencoba memasang posisi duduk yang nyaman sambil meraih kopi susu kesukaannya dan menikmati pijitan lembut sang istri.
"Ayah bilang bosan hidup susah, padahal jauh lebih banyak orang yang hidupnya lebih susah dibandingkan kita. Ayah bilang bosan berdoa dan berharap sama Allah. Padahal setiap saatnya Dia yang mengurus kehidupan kita dan memberikan hal yang bahkan kita lupa memintanya. Setiap hari selalu ada makanan tersedia di atas meja untuk kita dan anak-anak, lalu alhamdulillah kondisi kita cukup fit untuk berkarya dan mengurus ibu dan anak-anak, juga si kakak dan si adek sehat walafiat. Lalu kopi susu yang baru ayah minum..."
Sang suami lalu menghentikan tegukannya. "Memang kenapa dengan kopi susu ini?"
Sang istri tersenyum manis lalu lanjut memijit kaki suaminya dan berkata "Kita kan tidak pernah mikir setiap makanan dan minuman yang lewat kerongkongan nasibnya seperti apa, padahal di setiap bagian saluran pencernaan makanan mengalami sekian banyak proses yang kompleks, melibatkan sekian banyak enzim dan gerakan mencerna yang mencengangkan. Siapa kira-kira yang mengatur itu semua? Belum lagi detak jantung, hembusan nafas, aliran listrik di saraf kita, semuanya bisa berjalan dengan harmoni karena ada penjagaan dari Yang Maha Mengatur, karena satu saja mengalami malfungsi maka kita tidak bisa beraktivitas dengan baik...belum lagi....."
"Lucu? Maksud ibu apa?" sang suami bangkit mencoba memasang posisi duduk yang nyaman sambil meraih kopi susu kesukaannya dan menikmati pijitan lembut sang istri.
"Ayah bilang bosan hidup susah, padahal jauh lebih banyak orang yang hidupnya lebih susah dibandingkan kita. Ayah bilang bosan berdoa dan berharap sama Allah. Padahal setiap saatnya Dia yang mengurus kehidupan kita dan memberikan hal yang bahkan kita lupa memintanya. Setiap hari selalu ada makanan tersedia di atas meja untuk kita dan anak-anak, lalu alhamdulillah kondisi kita cukup fit untuk berkarya dan mengurus ibu dan anak-anak, juga si kakak dan si adek sehat walafiat. Lalu kopi susu yang baru ayah minum..."
Sang suami lalu menghentikan tegukannya. "Memang kenapa dengan kopi susu ini?"
Sang istri tersenyum manis lalu lanjut memijit kaki suaminya dan berkata "Kita kan tidak pernah mikir setiap makanan dan minuman yang lewat kerongkongan nasibnya seperti apa, padahal di setiap bagian saluran pencernaan makanan mengalami sekian banyak proses yang kompleks, melibatkan sekian banyak enzim dan gerakan mencerna yang mencengangkan. Siapa kira-kira yang mengatur itu semua? Belum lagi detak jantung, hembusan nafas, aliran listrik di saraf kita, semuanya bisa berjalan dengan harmoni karena ada penjagaan dari Yang Maha Mengatur, karena satu saja mengalami malfungsi maka kita tidak bisa beraktivitas dengan baik...belum lagi....."
Ah aku baru ingat, istriku ini kan memang sarjana biologi, tentu dia paham cara kerja makhluk hidup. Sambil melanjutkan menyeruput kopi susu, aku tatap dalam-dalam wajah istriku yang masih melanjutkan penjelasan tentang fungsi faal, untuk sesaat aku terhanyut dalam aura kedamaian perempuan yang senantiasa membuat aku jatuh hati ini, ibu dari kedua anakku yang luar biasa. Dia yang tidak pernah mengeluh menghadapi kondisi sulit yang tengah kami hadapi, dia yang senantiasa mengembangkan senyumannya manakala aku pulang dalam kondisi apapun. Ah, nikmat mana lagi yang aku dustakan?- Tak sadar senyum pun mengembang di wajahnya, hingga tepukan tangan istri menyentak lamunan sang suami.
"Setuju ngga ayah?"tanyanya.
"Eh, setuju apa nih?" sahut ayah gelagapan.
"Tuuh kan ayah ngelamun lagi. Ibu baru bilang, kalau ayah baru menghadapi tantangan kesulitan hitungan bulan dan sudah bilang bosan, kira-kira yang mengurus manusia sejak di dalam kandungan hingga bertahun-tahun lamanya dan kerap dilupakan bahkan yang diurusnya tak jarang tidak berterima kasih bisa jadi lebih layak merasa bosan, ya ngga?"
"Eh, setuju apa nih?" sahut ayah gelagapan.
"Tuuh kan ayah ngelamun lagi. Ibu baru bilang, kalau ayah baru menghadapi tantangan kesulitan hitungan bulan dan sudah bilang bosan, kira-kira yang mengurus manusia sejak di dalam kandungan hingga bertahun-tahun lamanya dan kerap dilupakan bahkan yang diurusnya tak jarang tidak berterima kasih bisa jadi lebih layak merasa bosan, ya ngga?"
"Ah kamu benar sayang" ia menyimpan gelasnya lalu memeluk istrinya mesra disertai kecupan di keningnya. "Terima kasih sudah menjadi pilar di keluarga ini ya, kamu benar, nikmat yang Dia berikan masih jauh terlalu banyak dibandingkan setetes tantangan hidup ini. Temani aku sholat ya sayang..."
Dan dengan satu gelas kopi susu yang disertai kehangatan, mereka pun menjalin kembali kehidupan dengan penuh harap kepada-Nya.[]
Amsterdam, 29 Juni 2017 pagi.
No comments:
Post a Comment