Ramadhan adalah bulan kesembilan dalam kalender Islam. Mirip dengan waktu mengandung selama sekitar sembilan bulan, maka di akhir waktu ada fase kelahiran. Begitu pun di akhir Ramadhan ada momen Idul Fitri. Hari raya bagi setiap insan yang kembali kepada fitrahnya, kepada jati dirinya, kepada identitas dirinya yang sejati. Selayaknya setiap Idul Fitri menjadi momen kelahiran diri yang kedua, sebagaimana dikatakan Nabi Isa a.s. "Manusia harus dilahirkan dua kali untuk mencapai alam malakut". Setidaknya Idul Fitri kali ini membawa kita selangkah semakin mendekat kepada diri yang sejati.
Lalu, apa kaitan hari kembali ke fitrah dengan ibadah shaum yang dilakukan selama sebulan penuh?
Inti dari shaum adalah pengosongan diri , dimulai dengan mengosongkan perut yang merupakan sumber timbulnya syahwat dan hawa nafsu. Jika ego diri dilemahkan maka suara-Nya akan semakin jelas terdengar. Kekosongan adalah hal yang paling berharga dari seorang insan. Oleh karena itu Allah Ta'ala sangat menantikan seorang manusia yang bisa mengosongkan dirinya melalui shaum dengan berkata "Semua ibadah lain adalah untuk hamba-Ku, akan tetapi shaum adalah untuk-Ku". Kekosongan sesungguhnya dekat dengan kefakiran. Satu-satunya sifat yang Allah tidak miliki. Karena Dia Maha Pemberi, maka dibutuhkan tangan yang menerima. Karena Ia Maha Kaya, maka diperlukan kefakiran. Karena Ia Maha Meliputi segala sesuatu, maka kekosongan harus ada.
Mari kita berlatih mengosongkan diri,
Mengosongkan perut dan menanggung dahaga hanya untuk-Nya.
Mengosongkan diri dari keinginan berbuka puasa dengan kembali menggembungkan nafsu dan syahwat..
Mengosongkan diri dari keinginan merasa lebih di mata manusia dengan berlomba membeli barang baru di akhir Ramadhan.
Mengosongkan diri dari debat kusir dan saling cakar di dunia maya yang kerap mengeruhkan hati.
Semoga dengan mempersembahkan cawan diri yang kosong, Dia berkenan mengisinya dengan kadar diri sejati di lailatul qadar tahun ini. Amiin ya Rabb...
No comments:
Post a Comment