Diriwayatkan oleh Ibnu Abbas ra, bahwa pada suatu hari Rasulullah saw masuk menemui Khadijah yang tengah sakit yang membawa kepada kewafatannya.
Beliau saw berkata kepada istrinya, "Wahai Khadijah, jika engkau bertemu dengan wanita-wanita yang menjadi madumu, sampaikan kepada mereka salam dariku".
Khadijah bertanya, "Ya Rasulullah apakah engkau pernah menikah sebelumku?".
Beliau saw menjawab, "Tidak, akan tetapi Allah telah menikahkan aku dengan Maryam binti Imran, Asiyah binti Muzahim, dan Kultsum saudara perempuan Musa".
-Maryam binti Imran adalah ibunda Nabi Isa Al-Masih as.
-Asiyah binti Muzahim adalah istri Ramses II, yaitu Fir'aun (Ramesses II the Great) yang menindas Bani Israil di Mesir.
-Kultsum adalah Miryam, kakak perempuan Nabi Musa as.
-Asiyah binti Muzahim adalah istri Ramses II, yaitu Fir'aun (Ramesses II the Great) yang menindas Bani Israil di Mesir.
-Kultsum adalah Miryam, kakak perempuan Nabi Musa as.
Dengan demikian keluarga Rasulullah saw kelak di akhirat akan terhubung dengan keluarga Nabi Musa as dan keluarga Nabi Isa as.
(Ditulis oleh Zamzam AJT di dinding facebook beliau, pada hari Ahad 18 Juni 2017)
Ketika Isra' Mi'raj Nabi Muhammad Saw. berulang kali berdialog dengan Musa as. yang ada di langit keenam- setelah menerima perintah shalat, sehingga jumlah shalat dikurangi dari 50 kali sehari semalam menjadi 5 kali sehari semalam.
"...Lalu Allah mewahyukan kepadaku apa yang Dia wahyukan. Allah mewajibkan kepadaku 50 shalat sehari semalam.
Kemudian saya turun menemui Musa ’alaihis salam.
Lalu dia bertanya: “Apa yang diwajibkan Tuhanmu atas ummatmu?”.
Saya menjawab: “50 shalat”.
Dia berkata: “Kembalilah kepada Tuhanmu dan mintalah keringanan, karena sesungguhnya ummatmu tidak akan mampu mengerjakannya. Sesungguhnya saya telah menguji dan mencoba Bani Isra`il”.
Beliau bersabda :“Maka sayapun kembali kepada Tuhanku seraya berkata: “Wahai Tuhanku, ringankanlah untuk ummatku”.
Maka dikurangi dariku 5 shalat. Kemudian saya kembali kepada Musa dan berkata:“Allah mengurangi untukku 5 shalat”.
Dia berkata:“Sesungguhnya ummatmu tidak akan mampu mengerjakannya, maka kembalilah kepada Tuhanmu dan mintalah keringanan”.
Maka terus menerus saya pulang balik antara Tuhanku Tabaraka wa Ta’ala dan Musa ‘alaihis salaam, sampai pada akhirnya Allah berfirman:
“Wahai Muhammad, sesungguhnya ini adalah 5 shalat sehari semalam, setiap shalat (pahalanya) 10, maka semuanya 50 shalat. Barangsiapa yang meniatkan kejelekan lalu dia tidak mengerjakannya, maka tidak ditulis (dosa baginya) sedikitpun. Jika dia mengerjakannya, maka ditulis(baginya) satu kejelekan”.
Kemudian saya turun sampai saya bertemu dengan Musa ’alaihis salaam seraya aku ceritakan hal ini kepadanya. Dia berkata: “Kembalilah kepada Tuhanmu dan mintalah keringanan”, maka sayapun berkata: “Sungguh saya telah kembali kepada Tuhanku sampai sayapun malu kepada-Nya”. (H.R Muslim 162)
Nabi Muhammad Saw dan Nabi Musa as. sama-sama dimintakan syafaatnya oleh orang beriman di akhirat nanti, namun hanya Rasulullah Muhammad Saw. yang bisa memberikan syafaat.
Diriwayatkan dari Anas r.a., dari Nabi saw, beliau bersabda: orang-orang yang beriman berkumpul pada hari kiamat, kemudian berkata, “Hendaknya kita memohon pertolongan kepada Tuhan kita”, kemudian mereka mendatangi nabi Adam dan berkata, “Engkau adalah ayah umat manusia, Allah Subhanahu wa ta’ala telah menciptamu dengan Tangan-Nya, dan telah bersujud kepadamu para Malaikat, dan engkau telah Diajarkan (oleh Allah Subhanahu wa ta’ala) namanama segala sesuatu, maka mintakanlah pertolongan bagi kita kepada Tuhanmu, sehingga kita bias beristirahat dari tempat kita ini”, Nabi Adam menjawab, “Aku tidak bisa menolong kalian (memintakan pertolongan kepada Allah),” dan kemudian Nabi Adam menyebutkan kesalahankesalahannya, dan diapun merasa malu (kepada Allah, untuk memintakan pertolongan), kemudian dia berkata, “Pergilah menemui Nuh, karena sesungguhnya dia adalah Rasul pertama yang diutus Allah kepada penduduk bumi”, kemudian mereka pun mendatangi nabi Nuh, maka Nuh a.s pun menjawab, “Aku tidak bisa menolong kalian”, kemudian dia menyebutkan kesalahannya yang mempertanyakan sesuatu yang dia tidak ada pengetahuan tentangnya, karena itu dia merasa malu (untuk memintakan pertolongan), kemudian Nabi Nuh berkata, “Temuilah Kekasih Allah Yang Maha Pengasih (Khalilullah/Khalilurrahman, Nabi Ibrahim a.s)”, merekapun menemuinya. Nabi Ibrahim pun menjawab, “Aku tidak bisa menolong kalian”, kemudian beliau berkata, “Temuilah Musa, seogan hamba yang Allah bercakap denganya, dan diturunkan kepadanya Taurat”, merekapun menemui nabi Musa a.s., dan beliaupun menjawab, “Aku tidak bisa menolong kalian”, kemudian beliau menyebutkan kesalahannya yang telah membunuh seorang manusia untuk menyelamatkan diri yang lain. Dan beliau merasa malu kepada Tuahnnya. Kemudian Nabi Musa berkata, “Temuilah Isa, hamba Allah dan Rasul-Nya, kalimat Allah dan Ruhullah”, kemudian mereka pun menemui nabi Isa a.s, Nabi Isa pun menjawab, “Aku tidak bisa menolong kalian, temuilah Muhammad, seorang hamba Allah yang telah diampuni dosa-dosanya baik yang telah lalu maupun yang akan datang”, maka merekapun menemuiku (Nabi Muhammad saw), maka akupun berangkat (menemui Allah) sehingga meminta izin kepada Tuhanku maka Dia memberikan izin kepadaku. Dan ketika aku melihat Tuhanku, akupun jatuh bersujud, dan Dia pun membiarkanku selama yang dikehendaki-Nya, kemudian Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman, “Angkatlah kepalamu, dan mintalah, aku akan berikan (yang kau pinta), dan berkatalah, maka perkataanmu akan didengarkan, dan mintakanlah syafa’at dan syafa’atmu akan dikabulkan”, maka akupun mengangkat kepalaku, dan aku memuji Allah dengan segenap pujian yang telah Allah beritahu kepadaku, kemudian aku memberikan syafa’at dan Allah menetapkan bagiku batasan (jumlah orang yang dapat diberi syafa’at), kemudian mereka semua dimasukkan ke dalam surga. Kemudian aku kembali menghadap Allah Subhanahu wa ta’ala, dan ketika aku melihat Tuhanku (aku pun jatuh bersujud) sebagaimana sebelumnya. Kemudian aku memberikan syafa’at dan Allah Subhanahu wa ta’ala menetapkan bagiku batasan (jumlah orang yang diberi syafa’at), maka mereka semua kemudian dimasukkan ke dalam surga. Kemudian aku kembali menghadap Allah Subhanahu wa ta’ala untuk ketiga, keempat, hingga aku berkata, “Tidak tersisa di dalam neraka kecuali orang-orang yang telah ditetapkan di dalam al-Qur’an, dan orang-orang yang ditetapkan kekal di dalamnya.” (Hadits diriwayatkan oleh Imam Bukhari)
Qatadah menjelaskan sehubungan dengan makna ayat:
أخذ الألواح
lalu diambilnya (kembali) luh-luh (Taurat) itu. (Qs: Al-A’raf: 154)
أخذ الألواح
lalu diambilnya (kembali) luh-luh (Taurat) itu. (Qs: Al-A’raf: 154)
Nabi Musa عليه السلام berkata; Wahai Tuhanku, sesungguhnya aku lihat dalam luh-luh itu tertulis nama suatu umat yang merupakan sebaik-baiknya umat yang dikeluarkan untuk umat manusia, mereka memerintahkan (manusia) berbuat kebajikan dan melarang (manusia) berbuat kemungkaran, maka jadikanlah mereka itu sebagai umatku.
Allah ﷻ berfirman ;
تلك أمة أحمد
Itu adalah umat Ahmad (Nabi Muhammad ﷺ ).
تلك أمة أحمد
Itu adalah umat Ahmad (Nabi Muhammad ﷺ ).
Nabi Musa berkata; Wahai Tuhanku, sesungguhnya aku lihat dalam luh-luh itu tertulis tentang umat, mereka adalah orang-orang yang terakhir, tetapi mereka adalah orang-orang yang terdahuIu.( Terakhir diciptakan, tetapi yang pertama masuk surga.)
Nabi Musa berkata; Ya Tuhanku, jadikanlah mereka sebagai umatku.
Nabi Musa berkata; Ya Tuhanku, jadikanlah mereka sebagai umatku.
Allah ﷻ berfirman; Mereka adalah umat Ahmad .
Nabi Musa berkata; Wahai Tuhanku, dalam tulisan luh-luh itu aku menjumpai suatu umat yang kitab-kitab mereka ada di dada mereka, mereka membacanya dan menghafalnya. Padahal orang-orang sebelum mereka membaca kitabnya dengan melihatnya, hingga apabila kitab mereka diangkat, maka mereka tidak hafal sesuatu pun darinya dan tidak mengingatnya lagi. Dan sesungguhnya Allah telah memberikan kepada umat itu suatu kekuatan daya hafal yang belum pernah diberikan oleh Allah kepada umat manapun. Nabi Musa melanjutkan perkataannya; Ya Tuhanku, jadikanlah mereka sebagai umatku.
Allah ﷻ berfirman ; Mereka adalah umat Ahmad.
Nabi Musa berkata; Ya Tuhanku, sesungguhnya aku melihat dalam luh-luh itu tertuliskan tentang suatu umat yang beriman kepada kitab-kitab terdahulu dan kitab yang terakhir, dan mereka memerangi kesesatan, hingga mereka memerangi si buta sebelah yang pendusta (Dajjal), maka jadikanlah mereka sebagai umatku.
Allah ﷻ berfirman; Mereka adalah umat Ahmad.
Nabi Musa berkata; Ya Tuhanku, aku menjumpai di dalam luh-luh itu tertuliskan suatu umat yang sedekah mereka dimakan oleh mereka sendiri, dimasukkan ke dalam perut mereka, tetapi mereka mendapat pahala dari sedekahnya. Sedangkan di kalangan umat-umat sebelum mereka, apabila ada suatu sedekah, Lalu sedekah itu diterima, maka Allah mengirimkan kepadanya api, kemudian api itu melahapnya. Jika sedekah itu ditolak, maka dimakan oleh hewan-hewan buas dan burung-burung pemangsa. Dan sesungguhnya Allah mengambil sedekah (zakat) dari kalangan hartawan mereka untuk kaum fakir miskin mereka. Musa melanjutkan perkataannya ;Ya Tuhanku, jadikanlah mereka sebagai umatku.
Allah ﷻ berfirman ; Mereka adalah umat Ahmad.
Nabi Musa berkata; Ya Tuhanku, sesungguhnya aku temui di dalam luh-luh itu tertuliskan suatu umat yang apabila seseorang dari mereka berniat akan melakukan suatu kebaikan, lalu ia tidak mengerjakannya, maka dicatatkan baginya pahala satu kebaikan. Jika dia mengerjakannya, maka dicatatkan baginya pahala sepuluh kebaikan yang semisal dengan kebaikannya sampai tujuh ratus kali lipat. Ya Tuhanku, jadikanlah mereka sebagai umatku.
Allah ﷻ berfirman ; Mereka adalah umat Ahmad.
Nabi Musa berkata; Ya Tuhanku, sesungguhnya aku lihat di dalam luh-luh itu tertuliskan perihal suatu umat, mereka adalah orang-orang memberi syafa’at dan diberi izin untuk memberikan syafa’at. Maka jadikanlah mereka sebagai umatku.
Allah ﷻ berfirman; Mereka adalah umat Ahmad.
Kemudian setelah itu Nabi Musa عليه السلام berdoa;
اللهم اجعلني من أمة أحمد
“Ya Allah, jadikanlah diriku termasuk umat Ahmad (Nabi Muhammad ﷺ )”
“Ya Allah, jadikanlah diriku termasuk umat Ahmad (Nabi Muhammad ﷺ )”
والله أعلم….
- Dari Tafsir Ibnu Katsir Surat Al-A’raf; 154
No comments:
Post a Comment