Aku melihat seorang pengemis meminta sedekah kepada seseorang dengan berkata: "Demi wajah Tuhan," atau "demi kehormatan yang engkau miliki untuk-Nya, berilah aku sesuatu." Saat itu aku sedang ditemani oleh seorang hamba yang saleh bernama Mudawwir, yang dilahirkan di Ecija (kota di daerah Sevilla, Spanyol).
Orang yang dimintai oleh sang pengemis itu kemudian membuka kantongnya yang berisi koin perak yang terdiri dari berbagai ukuran, dan mencari-cari keping terkecil yang ia dapat temukan. Sang hamba yang saleh kemudian bertanya kepadaku: "Tahukah dirimu apa yang sedang ia lakukan?" "Aku tidak tahu," jawabku. "Orang itu tengah mencari tahu nilai dirinya dalam pandangan Tuhan. Setiap kali ia mengambil kepingan yang besar, seluruh badannya berkata: 'Nilaiku tidak demikian tinggi di hadapan Tuhan!' Orang itu kemudian mengambil keping perak yang terkecil yang ia dapat temukan di kantungnya untuk kemudian diberikan kepada sang pengemis.
Akan tetapi (sadarilah) bahwa sifat-Nya sebagai Yang Maha Pencemburu (al-ghayra) adalah salah satu atribut-Nya, dan Dia tahu betul bahwa kebanyakan dari hamba-Nya sangat siap untuk memberikan apa saja demi memuaskan kehendak (hawa nafsu dan syahwat)nya juga untuk meraih segala impian (atau ambisi) pribadinya. Akan tetapi umumnya, ketika mereka hendak memberi untuk Tuhan, (tiba-tiba) membatasi dirinya menjadi sekadar mempersembahkan roti kering, koin (butut), barang bekas pakai atau hal-hal lain yang tidak ia pandang begitu bernilai: inilah fenomena manusia pada umumnya.
Akan tetapi ketika Hari Kebangkitan tiba, ketika Tuhan membandingkan banyaknya pemberian yang sang hamba persembahkan bagi Diri-Nya dengan semua yang sang hamba habiskan untuk selain-Nya, Ia kemudian akan berkata: "Wahai hambaku, bukankah semua harta ini adalah sesuatu yang aku titipkan kepadamu? Manakah harta yang engkau sedekahkan atas nama-Ku?" Dan si hamba akan mengarahkan telunjuknya kepada sekian banyak harta yang tidak berharga. Kemudian Tuhan kembali bertanya: "Lalu mana harta yang kau telah keluarkan demi memuaskan hawa nafsu dan syahwatmu?" Dan si hamba akan menyebutkan hampir seluruh harta yang menjadi jatah rejekinya. Maka Tuhan berkata: "Apakah kamu tidak malu untuk menemuiKu dalam keadaan seperti ini? Padahal kamu tahu bahwa dirimu akan berpulang kepadaKu, dan bahwa Aku akan menempatkanmu sesuai dengan apa-apa yang telah kamu perbuat!"
Sungguh peristiwa yang amat memalukan bagi si hamba!
Namun kemudian Tuhan berkata: "Aku ampuni kamu atas permintaan sang pengemis dan karena kebahagiaan yang telah engkau berikan kepadanya. Aku membuat sedekahmu berkembang dan Aku pun memusnahkan segala hal yang kamu lakukan atas dasar hawa nafsu dan syahwat.
"Dan Kami akan perlihatkan segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami akan jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan"(QS Al Furqan [25]:23)
"Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa."(QS Al Baqarah [2]:276)
(Terjemahan bebas dari Futuhat Al Makkiyah karya Ibnu Arabi. Bab 437. Dari edisi Bahasa Inggris yang diterjemahkan oleh Cyrille Chodkiewicz dan Denis Gril)
No comments:
Post a Comment